A.
Gambaran Klinis Hepatitis/Penyakit Hati
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar, beratnya
antara 1000 – 1500 gram, kurang lebih 25% berat badan orang dewasa dan
merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks dan ruwet.
Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Hati mempunyai fungsi yang
sangat banyak dan kompleks. Hati penting untuk mempertahankan hidup dan
berperan pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh (Sylvia A. Price,
2005).
Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan.
Pembuangan hati sebagian, pad kebanyakan kasus sel hati yang mati atau sakit
akan diganti dengan jaringan hati yang baru. Dua jenis penyakit jenis penyakit
hati yang sering ditemukan adalah hepatitis dan sirosis hati. Jika konsumsi
alkohol diantara masyarakat Barat merupakan faktor resiko meningkatnya penyakit
hati, maka penyakit hati di Indonesia lebih berhubungan dengan masalah infeksi
seperti hepatitis B dan keracunan aflatoksin yaitu toksin jamur Aspergillus
flavus pada kedelai serta kacang yang tercemar jamur tersebut (Sjaifoellah
Noer, 1996).
Pada kasus penyakit hati terapi yang umumnya dilakukan
oleh dokter adalah pengobatan simtomatik yang dikombinasikan dengan pemberian
suplemen gizi yang berkhasiat sebagai pelindung hati dan antivirus jika penyebabnya
virus. Beberapa preparat herbal seperti curcuma dan silymarin juga sering
diberikan. Mengingat daya tahan tubuh pasien sendiri sangat diharapkan untuk
mengatasi penyakit yang serius ini, maka terapi gizi dan istirahat menjadi
unsur penting dalam penyembuhan penyakit hati (Arief Mansjoer, 2000).
Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan kompleks.
Hati penting untuk mempertahankanhidup dan berperan pada hampir setiap fungsi
metabolisme tubuh. Untung hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan cukup
memerlukan 10-20% fungsi jaringan untuk mempertahankan hidup. Kerusakan total
pembuangan hati mengakibatkan kematian dalam 10 jam. Hati mempunyai kemampuan
regenerasi yang sangat mengagumkan. Pembuangaan hati sebagian, pada kebanyakan
sel hati yangmati atau sakit akan diganti dengan jaringan hati yang baru
(Arief Mansjoer,
2000).
.
Selain merupakan organ parenkim yang paling besar, hati
juga menduduki urutan pertama dalam hal jumlah,kerumitan, dan ragam fungsi.
Hati sangat pentinga untuk mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir
setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari
500 aktivitas berbeda (Sylvia A. Price, 2005).
Fungsi utama hati adalah membentuk dan mengekskresi
empedu, saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan
mengeluarkan empedu ke dalam usus halus sesuai kebutuhan. Garam empedu penting
untuk pencernaan dan absorbsi lemak ke dalam usus halus. Setelah diolah oleh
bakteri dalam usus halus, sebagian besar garam empedu akan direabsorbsi di
ileum, mengalami resirkulasi ke hati, serta kembali dikonjugasi dan di sekresi
(Sjaifoellah Noer, 1996).
Hati berperan penting dalam metabolisme tiga mekronutrien
yang dihantarkan oleh vena porta pasca absorbsi di usus. Bahan makanan tersebut
adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Monosakarida dari usus halus diubah
menjadi glikogen dan disimpan dalam hati. Dari depot glikogen ini glukosa
dilepaskan secara konstan ke dalam darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian
glukosa dalam jaringan untuk menghasikan panas dan energi, sisanya diubah
menjadi glikogen dan disimpan dalam jaringan subkutan (Sylvia A. Price, 2005).
Hati juga mampu mensintesis glukosa dari protein dan
lemak. Peranan hati dalam metabolisme protein sangat penting untuk kelangsungan
hidup. Protein tersebut antara lain albumin (diperlukan untuk mempertahankan
tekanan osmotik koloid), protrombin, fibrinogen, dan faktor-faktor pembekuan
lain. Selain itu, sebagian besar degradasi asam amino dimulai dalam hati
(Sylvia A. Price, 2005).
Fungsi metabolisme hati yang lain adalah metabolisme
lemak, penimbunan vitamin, besi dan tembaga, konjugasi dan ekskresi steroid
adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. Fungsi
detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hati melalui oksidasi,
reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang dapat berbahaya, dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif (Sylvia A.
Price, 2005).
Bila memakan zat seperti etil alkohol, sekitar 80%
dimetabolisme dalam hati. Alkohol yang tersisa diabsorbsi dalam lambung atau
diekskresi melalui ginjal, paru-paru dan kulit. Alkohol diangkut ke hati dan
dimetabolisme dalam proses dua langkah yang melibatkan dehidrogenase alkohol.
Penyalahgunaan alkohol selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan kadar
asetaldehid dan terus berlangsungnya cedera hati alkoholik (Sylvia A. Price,
2005).
Hepatitis viral memberi suatu spektrum tanda-tanda klinis
dan manifestasi laboratorium yang luas. Ini dapat berkisar, menurut
parahnya penyakit, dari penyakit yang tak jelas (inap-parent), infeksi yang
asimtomatik, sampai penyakit yang fulminan, yang dapat menyebabkan kematian
dalam beberapa hari saja. Kebanyakan pasien hepatitis viral, menunjukkan pola
penyakit yang khas. Pola yang tidak khas (atypical pattern)
ditemukan pada sebagian yang kecil saja (Sjaifoellah Noer, 1996).
Infeksi virus hepatitis dapat menimbulkan berbagai efek
yang berkisar dari gagal hati fulminan sampai hepatitis anikterik subklinis.
Hepatitis anikterik subklinik lebih sering terjadi pada infeksi HAV (Hepatitis
Virus A) dan penderita seringkali mengira menderita flu. Infeksi HBV (Hepatitis
Virus B) cendrung lebih berat dibandingkan infeksi HAV, dan lebih sering
terjadi insideni nekrosis masif dan gagal hati fulminan (Sjaifoellah Noer,
1996).
Sebagian besar infeksi HAV dan HBV bersifat ringan dengan
penyembuhan sempurna dan memiliki gambaran klinis serupa. Gejala
prodromal timbul pada semua penderita dan dapat berlangsung selama satu atau
dua minggu sebelum awitan ikterus (meskipun tidak semua pasien mengalami
ikterus). Gambaran anoreksia, sakit kepala, demam derajat rendah, dan (pada
perokok) hilangnya keinginan merokok (Sylvia A. Price, 2005).
Manifestasi ekstrahepatik dari hepatitis virus ini dapat
menyerupai sindrom penyakit serum dan dapat disebabkan oleh kompleks imun yang
biasanya dihubungkan dengan peregangan kapsula hati. Fase prodromal diikuti
fase ikterik dan awitan ikterus. Fase ini biasanya berlangsung selama 4 hingga
6 minggu namun dapat mulai mereda dalam beberapa hari (Sylvia A. Price, 2005).
Beberapa hari sebelum ikterus, biasanya penderita merasa
lebih sehat. Nafsu makan penderita kembali setelah beberapa minggu. Bersamaan
dengan demam yang mereda, urine menjadi lebih gelap dan feses memucat. Hati
membesar sedang terasa nyeri, dan limpa teraba membesar menjadi sekitar
seperempat pasien. Pemeriksaan urine pada saat awitan akan mengungkap adanya
bilirubin dan kelebihan urobilinogen. Bilirubinuria menetap selama panyakit
berlangsung, namun urobilinogen urine akan menghilang untuk sementara waktu
bila terjadi fase obstruktif akibat kolestasis, dalam perjalanan penyakit
selanjutnya dapat timbul peningkatan urobilinogen urine sekunder (Sylvia
A. Price, 2005).
Pada kasus yang tidak berkomplikasi, penyembuhan dimulai
1 atau 2 minggu setelah awitan ikterus, dan berlangsung 2 hingga 6 minggu.
Keluhan yang lazim adalah mudah lelah. Feses cepat kembali kewarna semula,
ikterus berkurang, dan warna urine menjadi lebih muda. Bila terdapat
splenomegali akan segera mengecil. Hepatomegali baru kembali normal setelah
beberapa minggu kemudian. Hasil pemeiksaaan laboratorium dan hasil iji fungsi
hati yang abnormal dapat menetap selama 3 hingga 6 bulan (Sylvia A.
Price, 2005).
B.
Patologi Hepatitis/Penyakit Hati
Perubahan morfologi yang terjadi pada hati seringkali
mirip untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati
tampaknya berukuran dan berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema,
membesar dan pada palpasi teraba nyeri tepian.secara histologi terjadi
kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai
derajat, dan peradangan periportal (Sylvia A. Price, 2005).
Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase
akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, nekrosis submasif atau masif dapat
mengakibatkan gagal hati fulminan dan kematian (Sylvia A. Price, 2005).
C.
Komplikasi Hepatitis/Penyakit Hati
Tidak setiap
penderita hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang lengkap.
Sejumlah pasien memperlihatkan kemunduran klinis yang cepat setelah awitan
ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati masif. Hepatitis fulminan
ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut (penciutan hati), kadar
bilirubin serum meningkat cepat, pemanjangan waktu protrombin yang sangat
nyata, dan koma hepatikum (Sjaifoellah Noer, 1996).
Kematian dapat terjadi
dalam beberapa hari pada sebagian kasus dan yang lain dapat bertahap
selama beberapa minggu bila kerusakan tidak begitu parah. HBV merupakan
penyebab 50% kasus hepatitis fulminan, dansering disertai infeksi HDV. Agen
delta (HDV) dapat menyebabkan hepatitis bila terdapat dalam tubuh dengan HbsAg.
Hepatitis fulminan jarang menjadi komplikasi HCV dan kadang disertai HAV
(Sylvia A. Price, 2005).
Komplikasi tersering
hepatitis virus adalah perjalanan klinis yang lebih lama hingga berkisar
dari 2 hingga 8 bulan. Keadaan ini akan dikenal sebagai hepatitis kronis
persisten, dan terjadi pada 5 hingga 10% pasien. Walaupun pemulihan tersebut
terlambat, penderita hepatitis kronis persisten hampir selalu sembuh (Arief
Mansjoer,
2000).
Sekitar 5% pasien
mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal. Hal ini biasanya
berkaitan dengan individu berada dalam resiko tinggi (misal, penyalahgunaan
zat, dan penderita karier). Kekambuhan ikterus biasanya tidak terlalu nyata,
dan uji fungsi hati tidak memperlihatkan kelainan dalam derajat yang sama
seperti pada serangan awal. Tirah baring biasanya akan diikuti kesembuhan
(Arief Mansjoer,
2000).
Setelah hepatitis virus
akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis
aktif bila terjadi kerusakan hati seperti digerogoti dan terjadi sirosis.
Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronis persisten melalui pemeriksaan
biopsi hati. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati,
namun prognosisnya tetap buruk (Sylvia A. Price, 2005).
Kematian biasanya terjadi
dalam 5 tahun pada lebih dari separuh pasien ini akibat gagal hati atau
komplikasi sirosis. Hepatitis kronis aktif dapat berkembang pada hampir 50%
penderita HCV, sedangkan proporsi pada penderita HBV jauh lebih kecil (sekitar
1 sampai 3%) yang mengalami komplikasi ini setelah pengobatan berhasil
dilakukan (Sylvia A. Price, 2005).
Sebaliknya, hepatitis
kronis tidak timbul sebagai komplikasi HAVatau HEV. Tidak semua kasus hepatitis
kronis aktif terjadi setelah hepatitis virus akut. Obat-obatan dapat turut
berperan dalam patogenesis kelainan ini.
D. Pengobatan
Hepatitis/Penyakit Hati
Tidak terdapat terapi spesifik untuk virus akut. Tirah baring selama fase
akut penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya
merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan
secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut pasien terus menerus
muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes
fungsi hati kembali normal (Sylvia A. Price, 2005).
Pengobatan hanya memberi
efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada permulaan penyakit, hal ini sukar
dikatakan dan ada baiknya mengobati semua serangan sebagai suatu yang
kemungkinan fatal dan mendesak, dengan istirahat mutlak ditempat tidur. Obat
kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis virus (Sjaifoellah Noer,
1996).
Hepatitis condong kepada
penyembuhan spontan dan tak ada faedah menggunakan steroid, kecuali
kadang-kadang pada hepatitis A kolestatik. Jika diberikan, obat ini perlu
diteruskan sampai konvelesensi sebab pencabutan prematur akan menyebabkan
kekambuhan (Sjaifoellah Noer, 1996).
E. Pencegahan
Hepatitis/Penyakit Hati
Penyuluhan mengenai perlunya deteksi dini dan cara
penularan infeksi sangat diperlukan, umpamanya
kontaminasi makanan dan minuman, penjalaran melalui hubungan seksual atau
melalui donor darah. Pencegahan lebih ditekankan pada pencegahn melalui
imunisasi karena keterbatasan pengobatan hepatitis virus.
Tindakan dalam masyarakat
yang penting untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan makanan dan air
bersih yang aman, serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk
memperhatikan higiene umum, mencuci tangan, serta membuang urine dan feses
pasien terinfeksi secara aman. Pemakaian keteter, jarum suntik, dan spuit
sekali pakai, akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah
perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima sebagai panel donor
(Sylvia A. Price, 2005).
1 komentar:
Nama saya Rebecca dan sudah 2 bulan sejak dr. Iyabiye menyelamatkan saya dari hepatitis kronis b. Saya menderita penyakit itu untuk waktu yang lama, perut saya bengkak dan sakit di sekujur tubuh. Saya memanggilnya dan dia memberi saya obatnya dan setelah saya minum obat, saya sembuh. Saya di sini untuk mengucapkan terima kasih dan memberi tahu orang-orang bahwa hepatitis dapat disembuhkan. Hubungi dia di: iyabiyehealinghome@gmail.com Hubungi/whtsapp: +2348072229413
Posting Komentar