Minggu, 29 April 2012

Stroke


A.    Definisi dan Prefalensi Stroke
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Dimana stroke adalah sindroma klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan perdarahan darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (transient ischaemia attack = TIA) (Arif Mansjoer, dkk,200).
Lebih lanjut Corwin (2001) menjelaskan bahwa stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi akaibat pembentukan trombus di suatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak. Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan otak karena stroke, terjadi sebagai akibat pembengkakkan dan edema yang timbul dalam 24-72 jam pertama setelah kematian sel neuron.

B.     Etiologi Stroke
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) etiologi dari stroke antara lain :
1.      Iskemia/ Infark otak (80%)
a.      Emboli
o   Emboli kardiogenik: fibrilasi atrium atau aritmia lain, thrombus mural ventrikel kiri, penyakit katup mitral atau aorta, endokarditis (infeksi atau non infeksi)
o   Emboli paradoksal (foramen darah sedang- besar)
o   Emboli arkus aorta
b.      Aterotrombotis (penyakit pembuluh darah sedang- besar)
o   Penyakit ekstrakranial: arteri karotis interna, arteri vertebralis
o   Penyakit intracranial: arteri karotis interna, arteri serebri media, arteri basilaris, lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
2.      Perdarahan intraserebral (15%)
a.      Hipertensi
b.      Malformasi aorta-vena
c.       Angiopati amiloid
3.      Perdarahan  subaraknoid (5%)
4.      Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
a.      Trombosis sinus dura
b.      Diseksi arteri karotis atau vertebralis
c.       Vaskulitis sistem saraf pusat
d.     Penyakit moya- moya (oklusi arteri besar intracranial yang progresif)
e.      Migren
f.        Kondisi hiperkoagulasi
g.      Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)
h.      Kelainan hematologist (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukemia)
i.        Miksoma atrium
Serta beberapa faktor resiko yang tidak dapat dirubah maupun yang dapat dirubah seperti (Arief Mansjoer, dkk, 2000) :
1. Tidak dapat diubah:usia, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau strok, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atatu homozigot untuk homosistinuria.
2.  Dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia dan dislipidemia.

C.    Klasifikasi dan Patofisiologi Stroke
Klasifikasi stroke berdasarkan patofisiologinya menurut Corwin (2001) adalah sebagai berikut :
1.      Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis berat. Biasanya pasien mengalami satu atau beberapa kali serangan iskemik transien (transient ischemic attack, TIA) sebelum stroke trombotik terjadi. TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia serebrum. TIA mungkin terjadi akibat suatu pembuluh aterosklerotik yang mengalami spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis yang berat (Gambar 1-A). Berdasarkan definisi, TIA Berlangsung kurang dari 24 jam. TIA yang berulang-ulang mengisyaratkan akan terjadinya stroke trombotik sejati. Stroke trombotik biasanya berkembang  dalam periode 24 jam. Selama periode perkembangan stroke, individu dikatakan menderita stroke lengkap (completed stroke)
2.      Stroke Embolik
Stroke embolik berkembang sebagai akibat adanya oksklusi oleh suatu embolus yang terbentuk diluar otak (Gambar 1-B). Sumber-sumber embolus yang menyebabkan penyakit ini adalah termasuk jantung setelah suatu infark miokardium atau fibrilasi atrium, arteri karotis komunis atau aorta.
3.      Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila suatu pembuluh darah di otak pecah (Gambar 1-C) sehingga timbul iskemia (pengurangan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab stroke hemoragik antara lain adalah hipertensi, pecahnya aneurisma atau malformasi arterio-venosa (hubungan yang abnormal).

D.    Gejala atau Tanda Stroke
Gejala atau tanda adanya stroke  menurut Corwin (2001) antara lain:
1.   Daerah otak yang mengalami iskemia menentukan gejala atau tanda yang muncul. Kemampuan mental, emosi, kemampuan bicara atau gerakan dapat terpengaruh. Banyak kelainan yang bersifat irreversibel.
2.  Stroke hemoragik sering disertai oleh nyeri kepala hebat dan hilangnya kesadaran.
Lebih lanjut Arif Mansjoer, dkk (2000) menjelaskan bahwa:
1.  Pada stroke non hemoragik (iskemik) gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologist secara mendadak/ subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia >50 tahun. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Disease and related Health Problem 10th revision, stroke hemorragik dibagi atas:
a.      Perdarahan intraserebral (PIS)
b.      Perdarahan subaraknoid (PSA)
2.      Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat aktivitas, atau emosi/ marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan . Hemiparesis/ hemiplagia biasa terjadi  sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (655 terjadi kurang dari ½ jam, 23% antara ½ sampai 2 jam, dan 12% trjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).
3.  Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut, serta muntah. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.. ada gejala atau trend rangsangan aneurisma pada a. komunikans anterior atau a. karotis interna.
4.  Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darahdan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa:
a.      Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak
b.      Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik)
c.       Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, strupor, atau koma)
d.     Afasia (bicara tidak lancer, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)
e.      Disartria (bicara pelo atau cedal)
f.        Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
g.      Ataksia (trunkal atau anggita badan)
h.      Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala

E.     Komplikasi Stroke
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respons pernapasan atau kardiovaskular apat meninggal (Corwin, 2001).

F.      Penatalaksanaan Stroke
Penatalaksanaan stroke menurut Corwin (2001) adalah sebagai berikut:
1.      Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan.
2. Stroke hemoragik dapat diobati dengan penekanan dan penghentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan. Mungkin diperlukan tindakan bedah.
3.  Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsang eksternal untuk pengurangan kebutuhan oksigen serebrum. Dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intrakranium.
Lebih lanjut  J. Misbach dan H. Kalim (2007) menjabarkan penanganan stroke sebagai berikut:
1. Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
2.      Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
3.      Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
4. Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
5.   Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.
6. Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
7.    Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).
8.  Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis

Lihat Juga Terapi Diet Pada Pasien Stroke

0 komentar:

Posting Komentar