Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa pola makan
adalah jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu
tertentu. Pola konsumsi masyarakat ini dapat menunjukkan tingkat keragaman
pangan masyarakat yang selanjutnya dapat diamati dari parameter Pola Pangan
Harapan (PPH). PPH atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan beragam
pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama dari
suatu pola ketersediaan atau konsumsi panagn. Definisi FAO-RAFA(1989) adalah
komposisi kelompok pangan yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi
dan zat gizi lainnya. Dengan demikian PPH adalah suatu komposisi norma pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, sekaligus juga mempertimbangkan
keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima
masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli (Yayuk Farida dkk, 2002).
Berdasarkan data Susenas tahun 1999, pola konsumsi pangan
penduduk belum memenuhi AKG. Seperti yang terlihat pada tabel 1, tingkat
konsumsi energi baru mencapai sebesar 1.954 kkal/kapita/hari. Selain itu, dapat
diamati juga dari parametr PPh. PPH menggambarkan susunan beragam pangan yang
didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama. Secara nasional,
pola konsumsi pangan penduduk mempunyai skor PPH sebesar 71,88. Hal ini berarti
pola konsumsi belum beragam karena masih didominasi kelompok padi-padian (63,7%).
Tabel 1. Pola Pangan Nasional
KELOMPOK PANGAN
|
AKTUAL
|
STANDAR
|
BOBOT
|
||||
E
|
%
E
|
SKOR
PPH
|
E
|
%
AKG
|
SKOR
PPH
|
||
Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan hewani
Minyak dan lemak
Buah/ biji berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan buah
|
1246
68
128
202
50
73
103
84
|
63,77
3.48
6,55
10,34
2,56
3,74
5,27
4,30
|
31.88
1,74
13,10
5,17
1,28
7,47
2,64
8,60
|
1075
108
329
215
63
108
144
108
|
50
5
15,3
10
3
5
6,7
5
|
25
2,5
30,6
10
1,5
10
3,4
10
|
0,5
0,5
2,0
0,5
0,5
2,0
0,5
2
|
Total
|
1954
|
100
|
71,88
|
2150
|
100
|
93
|
Sumber : data Susenas
Pangan dan gizi sangat berkaitan erat karena gizi
seseorang sangat tergantung padsa kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan
meliputi ketidakseimbangan atau ketidakberagaman jenis pangan. Ketidakberagaman
jenis pangan ini sebagai salah satu penyebab timbulnya masalah gizi baik makro
maupun mikro. Masalah gizi makro meliputi gizi lebih dan gizi kurang seperti
Kurang Energi Protein (KEP) sedangkan masalah gizi mikro hanya berbentuk gizi
kurang seperti anemia(Yayuk Farida dkk,2002).
Menurut Sumarumi (2000) mengatakan sebenarnya untuk hidup
dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup, tidak
berlebihan dan tidak juga berkekurangan. Disamping itu, manusia juga memerlukan
air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali tubuh. Apabila kelompok
zat gizi tersebut diuraikan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat
gizi. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan
zat gizi. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam,
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh
keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh makanan zat
gzizi yang seimbang.Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak
mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis makanan, melainkan harus terdiri dari
aneka ragam bahan makanan. Hal ini berarti ada saling ketergantungan antar zat
gizi. Sesuai dengan konsep keterkaitan antar zat gzizi, sudah saatnya kini
dimasyarakatkan adanya ketergantungan anatar zat gizi atau antar berbagai jenis
makanan. Setiap jenis makanan memiliki peranan masing-masing dalam
menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. Perhatikan peranan berbagai
kelompok bahan makanan yang secara jelas tergambar dalam logo gizi seimbang
berbentuk kerucut (tumpeng). Dalam logo tersebut bahan makanan yang
dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi, yang dalam ilmu gizi
dipopulerkan dengan istilah Tri Guna Makanan :
1. Sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan
yang digambarkan di dasar kerucut.
2. Sumber zat pengatur yaitu sayur dan buah digambarkan pada bagian tengah
kerucut.
3. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil
olahan, digambarkan pada bagian atas kerucut. Keseimbangan gizi diperoleh
apabila hidangan sehari-hari terdiri dari sekaligus tiga kelompok bahan
makanan.
0 komentar:
Posting Komentar