A.
Pengertian
Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dalam kurun waktu tertentu (Siti
Madanijah, dalam Yayuk Baliwati, 2004). Menurut Tuti
Soenardi (1999) pola makan anak berkembang bersamaan dengan aspek lain dari
pertumbuhannya. Oleh sebab itu perlu dikembangkan pola kebiasaan yang baik pada
anak-anak usia sekolah dasar (6 – 14 tahun) yaitu :
1. Frekwensi makan 3 kali sehari.
2. Susunan Menu seimbang.
3. Asupan makanan
yang mengandung energi 1800 –2000 kalori dan protein 2,5 – 3 garam/kg berat
badan.
Menurut Hardinsyah (1992) Angka Kecukupan (AKG) bagi anak
usia sekolah (7-9 tahun) tidak dibedakan menurut jenis kelamin, maka angka
kecukupan energi dan proteinnya masing-masing sebesar 1860 kalori dan 30 g
perkapita per hari.
Pola makan seseorang akan membawa dampak terhadap keadaan
gizinya. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran dari apa yang
dikonsumsinya dalam waktu lama. Sejak 1950-an kita mengenal pedoman Empat Sehat
Lima Sempurna yang masih sering digunakan sampai saat ini. Dengan pengembangan
dan penyempurnaan 4 sehat 5 sempurna yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi gizi serta masalah gizi yang ada saat ini, maka sejak 1995
Departemen Kesehatan bersama dengan sector terkait mengeluarkan Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) yang berisi 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang dimana
menggambarkan pola kebiasaan makan yang baik. Pesan-pesan Dasar Gizi Seimbang adalah sebagai berikut :
a. Makanlah aneka macam makanan.
b. Makanlah
makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
c. Makanlah
makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
d. Batasi konsumsi
lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
e. Gunakan garam beryodium.
f. Makanlah
makanan sumber zat besi.
g. Berikan ASI
saja pada bayi sampai usia 4 bulan.
h. Biasakan makan pagi.
i.
Minumlah
air bersih, aman dan cukup.
j.
Lakukan kegiatan fisik dan olahraga
yang teratur.
k. Hindari minum-minuman
beralkohol.
l.
Makanlah makanan yang aman bagi
kesehatan.
m. Bacalah label
pada makanan yang dikemas.
Anak- anak yang berada pada tahap tumbuh kembang, bila
energi yang masuk kedalam tubuh kurang, maka akan mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak tersebut. Anak-anak sekolah dasar yang pola makannya tidak baik
umumnya tidak kreatif serta agak lamban dalam berpikir. Keadaan ini antara
disebabkan oleh rendahnya kadar gula dalam darah, jika kadar gula dalam darah
berada di bawah normal, timbullah gejala hipoglikemia. Gejala-gejala
hipoglikemia antara lain : cepat lelah, mengantuk, daya kerja serta konsentrasi
menurun. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pola makan yang tidak
baik daya tangkap terhadap pelajaranpun menurun (Simamora, dkk, 1996).
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola
Makan
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang meliputi:
a. Pengetahuan
Adalah kesan
didalam pikiran manusia sebagai hasilpenggunaan inderanya yang berbeda dengan
kepercayaan tahayul serta penerangan-penerangan yang keliru. Rendahnya
pengetahuan gizi dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi dengan berbagai
manifestasinya dalam masyarakat (Depkes, 1981).
b. Gaya Hidup
Perubahan gaya
hidup telah membuktikan dapat mempengaruhi pola makan dan kesehatan. Gaya hidup
modern yang dicirikan dengan gaya serba cepat, serba instan, efisien dan sangat
ketat dalam mengatur waktu ikut mempengaruhi pola makan dan jenis makanan yang
dikonsumsi.
c. Ketersediaan
Pangan
Penyediaan
pangan merupakan kegiatan pertama menuju kearah
konsumsi pangan. Tidak mungkin kita mengkonsumsi makanan yang tidak
terseedia.
d. Pendapatan
Dengan
meningkatnya pendapatan seseorang, terjadilah perubahan-perubahan susunan
makanan akan tetapi pengeluaran uang lebih banyak untuk makanan tidak menjamin
lebih beragamnya konsumsi pangan.
e. Sosoal Budaya
Sosial budaya
sangat ertat kaitannya dengan pola konsumsi makan seseorang, dimana sosial
budaya menandakan bahwa keadaan yang dibicarakan penduduk maupun kelakuannya,
salah satunya adalah mengkonsumsi makanannya ( Vitahealth, 2004).
f. Jumlah Anggota
Keluarga
Dalam
masyarakat terdapat variasi jumlah anggota keluarga. Dengan perbedaan jumlah
anggota keluarga tetapi dengan jumlah makanan yang sama akan sangat
mempengaruhi pola konsumsi seseorang.
C.
Frekuensi Makan
Kualitas
tumbuh kembang anak dan remaja sangat ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan zat
gizi. Karena itu konsumsi makanan mereka seperti yang seharusnya dibutuhkan
berdasarkan pola kebiasaan makan dengan gizi seimbang. Di atas usia satu
tahun seorang anak akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat
pesat dibandingkan dengan ketika ia masih bayi. Kebutuhan zat
gizi akan meningkat. Sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Jika
biasanya Cuma makan tiga kali (pagi, siang, dan sore) makan pokok, kali ini
perlu ditambah dua kali makan selingan. Karena pola makan yang baik yaitu tidak
melewatkan waktu sarapan, makan siang, makan malam, serta camilan di selang
waktu makan ke waktu makan berikutnya. Termasuk juga salah satu indikator
dikatakan sadar gizi, bila biasa makan beraneka ragam makanan yang terdiri dari
4 macam kelompok bahan makanan 3 kali sehari (Haryanto, 1996-1998).
Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat
gizi, yang mampu membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.
Sebab itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan (kecuali bayi
umur 0 – 6 bulan yang cukup sehat hanya dengan memperoleh ASI). Makanan yang
beraneka ragam dijamin dapat memberikan manfaat besar terhadap kesehatan.
Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis makanan, akan
dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Juga sebaliknya,
masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling
melengkapi. Kesimpulannya, makan hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi
kebutuhan gizi seseorang (Ananto, dkk. 2000).
0 komentar:
Posting Komentar