Pokok
Bahasan : Penyakit
Cacingan
Sasaran
: Ibu PKK Denpasar Utara
Waktu
: 45 menit
Hari/Tanggal
: Sabtu, 31 Januari 2008
Tempat
: Gedung Narigraha Denpasar
A.
LATAR BELAKANG
Penelitian menunjukkan bahwa
90% anak Indonesia mengidap cacingan. Meskipun demikian, penyakit cacingan
ini masih sering dianggap sebagai angin lalu tidak hanya oleh masyarakat tetapi
juga pemerintah. Padahal, cacingan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi
kesehatan, gizi, dan kecerdasan penderitanya sehingga dipandang sangat
merugikan, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta
kehilangan darah. Hal ini tentu saja dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia. Melihat berbagai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini, tentu saja
cacingan dapat dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan yang cukup
mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang serius. Hal ini terutama karena
sebagian besar penderitanya adalah anak – anak atau balita, yang masih dalam
masa pertumbuhan. Selain itu, keadaan lingkungan dan kebersihan
perseorangan juga sangat mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Berkaitan dengan
hal itu, diperlukan suatu upaya bersama dan juga kesadaran untuk menanggulangi
penyakit ini. Dengan adanya penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran serta
pemahaman mengenai penyakit cacingan sebagai salah satu masalah kesehatan yang
serius, diharapkan dapat menurunkan jumlah penderita penyakit ini, khususnya
bagi balita atau anak – anak. Cacing yang sering menyerang manusia adalah
cacing kremi, cacing tambang, dan cacing gelang. Banyaknya penyakit cacingan
juga dapat menunjukkan keadaan sosial yang buruk.
B.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan,
sasaran diharapkan mampu memahami tentang penyakit cacingan dan hal-hal yang
terkait lainnya.
C.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIU)
1.
Menjelaskan pengertian penyakit
cacingan
2.
Menjelaskan penyebab terjadinya penyakit
cacingan
3.
Menjelaskan akibat penyakit cacingan
4.
Menjelaskan cara cacing masuk ke
dalam tubuh manusia
5.
Menjelaskan gejala penyakit cacingan
6.
Menjelaskan pengobatan penyakit
cacingan
7.
Menjelaskan pencegahan penyakit
cacingan
D.
GARIS BESAR MATERI
1.
Pengertian penyakit cacingan
2.
Penyebab terjadinya dan penularan
penyakit cacingan
3.
Akibat penyakit cacingan
4.
Perjalanan cacing
5.
Gejala penyakit cacingan
6.
Pengobatan penyakit cacingan
7.
Pencegahan penyakit cacingan
E.
METODE
Ceramah dan tanya jawab
F.
MEDIA
Leaflet, flip chart, dan poster
G.
PROSES KEGIATAN
No.
|
Kegiatan
Penyuluh
|
Kegiatan
Audien
|
Waktu
|
1.
|
Pendahuluan
:
|
|
5
menit
|
2.
|
Penjelasan
materi :
|
|
25
menit
|
3.
|
Evaluasi
Memberikan
pertanyaan lisan
|
Menjawab
pertanyaan
|
10
menit
|
4.
|
Penutup
|
5
menit
|
|
45
menit
|
H.
PENGORGANISASIAN
Setting tempat : Gedung Narigraha
Penyaji : Ni Putu Rastiti
I.
RENCANA EVALUASI
Bentuk lisan :
1. Sebutkan penyebab terjadinya penyakit
cacingan
2. Sebutkan akibat penyakit cacingan
3. Sebutkan gejala penyakit cacingan
4. Jelaskan mengenai pengobatan penyakit
cacingan
5. Jelaskan mengenai pencegahan penyakit
cacingan
J.
MATERI
PENYAKIT CACINGAN
1.
Pengertian Penyakit Cacingan
Cacingan merupakan penyakit khas
daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada
saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup setelah telur)
cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke
dalam tubuh manusia. Larva (masa hidup setelah telur) cacing yang masuk ke
dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang sering
menyerang tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang dan cacing
kremi.
Penyebab dan Cara Penularan Penyakit
Cacingan
a.
Kebersihan
lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi
menggunakan septictank untuk keperluan buang air besar. Ketika seorang
anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa
tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel. Sebelum dapat rumah, larva tidak akan
keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Telur cacing
keluar dari perut manusia bersama feses. Jika limbah manusia itu dialirkan ke
sungai atau got, maka setiap tetes air akan terkontaminasi telur cacing.
Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap saja bisa menyebarkan telur
ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
b.
Kebiasaan
yang buruk
Telur lainnya terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat interaksi sehari-hari,
mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Mereka akan masuk ke
dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika orang – orang selalu
menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia terserang
cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kukunya.
Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan pakaiannya. Lewat kontak
langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal serumah dengannya. Lalu,
siklus cacingan pun dimulai lagi
c.
Makanan
yang tercemar oleh larva cacing.
Jika air yang telah tercemar dipakai
untuk menyirami tanaman atau aspal jalan, telur-telur itu naik ke darat. Begitu
air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking kecilnya telur-telur
itu tak akan pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama
debu, telur itu tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang
dijual terbuka di pinggir-pinggir jalan. Karena menular lewat makanan, korban
cacingan umumnya anak-anak yang biasa jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa
menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang bersih. Misalnya,
hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan air mengalir. Buang air
besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya kotoran yang mengandung telur
cacing mencemari tanah lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku lalu
masuk ke mulut bersama makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat
hinggap di makanan, juga bisa masuk melalui mulut.
d.
Tanah yang
mengandung larva cacing
Tanah yang mengandung larva cacing
dan masuk melalui pori – pori tubuh. Selain melalui makanan yang tercemar oleh
larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori).
Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur.
Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan
munculnya rasa gatal
Akibat Penyakit Cacingan
Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala
nyata, tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat
bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat berakhir
pada kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya
status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga
memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan
Malaria.
Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak, komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
kerusakan tubuh secara signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial,
serta produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga
terjadi “erratic“, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.”
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah
sakit karena tidak punya daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan
prestasi belajar turun. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ
loss (penurunan kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi
batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.
Perjalanan Cacing
Sebelum membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan
dijelaskan bentuk dari cacing – caicng yang sering masuk ke tubuh manusia.
Cacing gelang berukuran 20 hingga 40 centimeter, cacing betina mampu bertelur
200.000 butir sehari. Organ tubuh yang diserang adalah otak, hati, dan usus
buntu. Cacing cambuk berukuran 4-5 centimeter, mampu bertelur 5.000 butir
sehari dan senang menghisap darah. Oleh karena itu penderita yang terinfeksi
cacing ini akan kehilangan darah 0.005 centimeter cubik (cc) per hari. Cacing
tambang berukuran 1 centimeter, mampu bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun
dapat menghisap darah.
a.
Cacing Gelang (Ascaris
lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing
ini. Cacing jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada
stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai
100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur
yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh
menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini
bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut
menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke
jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh
darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke
trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses
tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi
cacing dewasa
b.
Cacing Tambang
Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing
dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus.
Cacing betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur sehari. Cacing betina
mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa
berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur
hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar
bersama tinja, setelah 1 – 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi
larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu di
tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke
paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke
trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus
halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus
kulit atau ikut tertelan bersama makanan.
c.
Cacing
Cambuk
Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina
panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di
kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor
cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 – 5.000
butir. Telur yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi
matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang
lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan
oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam
usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk
ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi
cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari.
Gejala Penyakit Cacingan
a.
Gejala
Umum
Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung,
lemas dan cepat lelah, muka pucat, serta mata belekan. sakit perut, diare
berulang dan kembung, kolik yang tidak jelas dan berulang,
b.
Gejala
Khusus
o Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan
muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare, akibat ketidakberesan di
saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami kekurangan gizi.
Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti
bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.
o
Cacing Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di
sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di membrane usus besar. Pada kondisi
ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat mengakibatkan
diare berkepanjangan. Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus dan
anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang
menyebabkan mual, muntah, dan perut kembung.
o
Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh
manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui kulit. Cacing tambang yang hidup
menempel di usus halus menghisap darah si penderita. Gejala yang biasa muncul
adalah lesu, pucat, dan anemia berat.
o
Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam
tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar. Setelah dewasa, cacing
berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatal-gatal
di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang
tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua
peralatan yang bisa menjadi media penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.
Pengobatan
Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0
sampai sekitar usia 15 tahun, anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan
ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.
Pencegahan
1.
Menjaga Kebersihan Perorangan
2.
Mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun.
3.
Potong kuku anak secara teratur.
Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.
4.
Ajari anak untuk tidak terbiasa
memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap
kali anak bermain di luar rumah.
5.
Bilas sayur mentah dengan air
mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih.
6.
Juga tidak jajan di sembarang
tempat, apalagi jajanan yang terbuka
7.
Menggunakan air bersih untuk
keperluan makan, minum, dan mandi :
8.
Memasak air untuk minum
9.
Mencuci dan memasak makanan dan
minuman sebelum dimakan;
10. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
11. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung
tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;
12. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan
lalat mencemari makanan tersebut;
a.
Menjaga Kebersihan Lingkungan
b.
Membuang tinja di jamban agar tidak
mengotori lingkungan.
c.
Jangan membuang tinja, sampah atau
kotoran di sungai.
d.
tidak menyiram jalanan dengan air
got
e.
Mengusahakan pengaturan pembuangan
air kotor.
f.
Membuang sampah pada tempatnya
untuk menghindari lalat dan lipas.
g.
Menjaga kebersihan rumah dan
lingkungannya.
0 komentar:
Posting Komentar