1 .
Pendahuluan
Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup
bahkan merupakan suatu cita-cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang yang
menjadi perawat karena suatu keterpaksaan atau kebetulan, bahkan menjadikan
profesi perawat sebagai alternatif terakhir dalam menentukan pilihan hidupnya.
Terlepas dari semua itu, perawat merupakan suatu profesi yang mulia. Seorang
perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa
membeda-bedakan mereka dari segi apapun.
Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang dilakukan
oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain. Seorang
perawat juga mengemban fungsi dan peran yang sangat penting dalam memberikan
asuhan keperawatan secara holistik kepada klien. Namun, sudahkah perawat di
Indonesia melakukan tugas mulianya tersebut dengan baik? Bagaimanakah citra
perawat ideal di mata masyarakat?
Perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian
membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. Hal
ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti kinerja
tenaga-tenaga kesehatan dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam
pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan,
termasuk pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang perawat kian
menjadi sorotan. Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberikan pelayanan
yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di mata masyarakat.
Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang
mudah, apalagi untuk membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini
dikarenakan kebanyakan masyarakat telah didekatkan dengan citra perawat yang
identik dengan sombong, tidak ramah, genit, tidak pintar seperti dokter dan
sebagainya. Seperti itulah kira-kira citra perawat di mata masyarakat yang
banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-sinetron tidak mendidik. Untuk
mengubah citra perawat seperti yang banyak digambarkan masyarakat memang tidak
mudah, tapi itu merupakan suatu keharusan bagi semua perawat, terutama seorang
perawat profesional.
Seorang perawat profesional seharusnya dapat menjadi
sosok perawat ideal yang senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional
dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional
memiliki pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi
konsep, teori, dan aplikasi. Namun, hal itu belum menjadi jaminan bagi perawat
untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak aspek yang harus
dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat. Oleh karena itu kami
akan memaparkan sedikit tugas dan fungsi perawat professional supaya kita
sama-sama mengetahui tugas kita sebagai seorang perawat yang professional.
2
Pembahasan
2.1
Definisi
Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system.
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan
aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan
formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan
tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik
professional.
Peran merupakan seperangkat tingkah
laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya
dalam suatu system peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun luar profesi.
2.2
Elemen Peran
Seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat kontemporer saat
ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat
memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
kontemporer menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan,
pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer
kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter dan Perry, 1997).
Menurut pendapat Doheny (1982) ada
beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client
advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent,
consultant dan interpersonal proses.
2.3
Peran
Perawat
Ada
beberapa peran perawat menurut Doheny (1982).
1)
Care Giver
Pada
peran ini perawat diharapkan mampu
a) Memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat
sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
b) Memperhatikan
individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan
klien berdasarkan kebutuhan significan dari klien.
Perawat menggunakan proses
keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah
fisik sampai pada masalah psikologis.
2)
Clien Advocate (Pembela Klien)
Perawat juga berperan sebagai
advokat atau pelindung klien, yaitu membantu untuk mempertahankan lingkungan
yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal
dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu. Peran inilah yang belum
tampak di kebanyakan institusi kesehatan di Indonesia, perawat masih sebatas
menerima delegasi dari profesi kesehatan yang lain tanpa mempertimbangkan
akibat dari tindakan yang akan dilakukannya apakah aman atau tidak bagi
kesehatan klien.
Manajer kasus juga merupakan salah
satu peran yang dapat dilakoni oleh
perawat, di sini perawat bertugas untuk mengatur jadwal
tindakan yang akan dilakukan terhadap klien oleh berbagai profesi kesehatan
yang ada di suatu rumah sakit untuk meminimalisasi tindakan penyembuhan yang
saling tumpang tindih dan memaksimalkan fungsi terapeutik dari semua tindakan
yang akan dilaksanakan terhadap klien. Tugas perawat :
a) Bertanggung
jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakankeperawatan yang
diberikan kepadanya.
b) Mempertahankan
dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,
sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela
dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Disparty, 1998 :140).
Hak-Hak Klien antara lain :
a) Hak
atas pelayanan yang sebaik-baiknya
b) Hak
atas informasi tentang penyakitnya
c) Hak
atas privacy
d) Hak
untuk menentukan nasibnya sendiri
e) Hak
untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain
:
a) Hak
atas informasi yang benar
b) Hak
untuk bekerja sesuai standart
c) Hak
untuk mengakhiri hubungan dengan klien
d) Hak
untuk menolak tindakan yang kurang cocok
e) Hak
atas rahasia pribadi
f) Hak
atas balas jasa
3)
Conselor
Konseling adalah proses membantu
klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial
untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.
Peran
perawat :
a) Mengidentifikasi
perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
b) Perubahan
pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya.
c) Memberikan
konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
d) Pemecahan
masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
4)
Educator :
Mengajar adalah merujuk kepada
aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah
sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana
pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah
tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat
dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.
5)
Pemberi Perawatan
Sebagai pemberi perawatan, perawat
membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan yang
lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu namun berfokus pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual, dan sosial. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam
pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi tiap klien.
Penetapan ini dilakukan sendiri oleh perawat atau dapat berkolaborasi dengan
keluarga klien dan dalam keadaan seperti ini perawat juga dapat bekerja sama
dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional yang lain (Keeling dan
Ramos, 1995).
6)
Rahabilitator
Seperti yang telah dijelaskan di
paragraf sebelumnya yaitu perawat harus mengembalikan kondisi klien secara
holistik baik fisik maupun sosial dan spiritual klien ke keadaan sebelum klien
menderita penyakitnya. Di sinilah peran perawat sebagai rehabilitator untuk
mengembalikan keadaan klien atau paling tidak seoptimal mungkin untuk mendekati
keadaan seperti sebelum ia sakit dengan berbagai asuhan keperawatan seperti
latihan ROM dan latihan lain yang dapat membantu klien untuk kembali ke kondisi
kesehatannya seperti semula. Selain di bidang pelayanan kesehatan, perawat juga
memiliki peran sebagai pendidik. Ada dua konteks pendidik disini, pertama
sebagai pendidik di suatu institusi pendidikan keperawatan untuk mencetak
perawat-perawat baru yang berkualitas, dan kedua adalah sebagai tenaga pendidik
yang memberikan pengetahuan tentang kesehatan kepada masyarakat umum untuk
menciptakan lingkungan yang sadar dan peduli akan pentingnya hidup dalam taraf
kesehatan tertentu.
Keperawatan terbagi menjadi beberapa
fokus bidang yaitu, keperawatan jiwa, keperawatan medikal bedah, keperawatan
maternitas, keperawatan komunitas, dan keperawatan anak, setidaknya itulah yang
berkembang di keperawatan Indonesia. Pembagian ini dapat kita ambil sebagai
salah satu contoh yang menegaskan bahwa peran perawat sangatlah luas dan
mencakup seluruh daur hidup manusia dari masa fetus (janin) hingga masa
terminal (menjelang kematian). Sesuai dengan KepMenKes
No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang indikator Indonesia Sehat 2010,“Pada tahun
2010 itu bangsa Indonesia diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu
yang ditandai oleh penduduknya yang (1) hidup dalam lingkungan yang sehat, (2)
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta (3) mampu menyediakan dan
memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga (4)
memilik derajat kesehatan yang tinggi.” Namun pada kenyataannya
indikator-indikator yang menggambarkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
rakyat Indonesia hingga sekarang di tahun 2008 masih memprihatinkan.
Indikator yang pertama menyatakan
bahwa pada tahun 2010 nanti diharapkan penduduk Indonesia hidup dalam
lingkungan yang sehat. Perawat dapat menciptakan lingkungan yang sehat dengan
cara mempromosikan perilaku sehat seperti mencuci tangan sebelum beraktifitas,
senantiasa menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dan
kebiasaan-kebiasaan kecil lainnya. Selain itu perawat di puskesmas juga dapat
secara proaktif dalam mengadakan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di
wilayahnya terkait masalah kesehatan aktual yang dapat menyebar dengan cepat
seperti flu burung dan demam berdarah. Diharapkan setelah dilakukan hal-hal
tersebut, indikator yang kedua akan terpenuhi yaitu masyarakat memiliki
perilaku sehat yang pada akhirnya membentuk lingkungan yang sehat pula.
Tahun 2010 nanti juga diharapkan
penduduk Indonesia tidak lagi menemukan hambatan yang berarti dalam menjangkau
pelayanan kesehatan baik itu dalam hal ekonomi atau biaya maupun yang bersifat
non-ekonomi seperti jarak pelayanan kesehatan yang semakin dekat sehingga
memudahkan klien yang membutuhkannya. Dalam hal ini perawat dapat menggunakan
metode kunjungan ke rumah-rumah klien yang membutuhkan pelayanan kesehatan
ataupun dengan menggunakan kemajuan teknologi untuk mempermudah komunikasi
seperti pesawat telepon maupun video
conference yang memang belum begitu berkembang di Indonesia. Selain itu,
perawat juga harus menambah pengetahuannya dengan terus menuntut ilmu ke
jenjang yang lebih tinggi guna meningkatkan kualitas pelayanannya. Perilaku
sehat dan lingkungan yang sehat serta ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang
memadai dan kemampuan klien untuk mendapatkan pelayanan, akan membuat derajat
kesehatan juga meningkat
Kondisi di Indonesia sekarang memang
sangat memprihatinkan dan sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar
sekaligus kesempatan bagi para perawat Indonesia untuk menampilkan
eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang senantiasa memberikan pelayanan
sesuai dengan peran-peran yang telah penulis sebutkan di paragraf sebelumnya.
Namun perlu diakui bahwa untuk mencapai indikator Indonesia yang sehat di tahun
2010 nanti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi kita dihadapkan dengan
beberapa masalah internal di dalam tubuh profesi perawat itu sendiri. Menjadi
perdebatan yang tidak berkesudahan ialah tentang standar pendidikan perawat
yang sangat variatif yang menyebabkan kualitas lulusan perawat sangatlah
beragam di setiap daerahnya sehingga cukup sulit untuk menetapkan standar
kompetensi di tingkat nasional, adapun masalah yang sebenarnya sangat penting namun
mulai mendapatkan respon negatif di dalam tubuh profesi ini adalah tentang
belum tersedianya sebuah Undang-undang Keperawatan sebagai payung hukum untuk
melindungi para perawat supaya seluruh asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat menjadi legal dan tidak rancu dengan tindakan dari profesi kesehatan
lainnya dan pada akhirnya akan meningkatkan kredibilitas profesi perawat.
2.4
Fungsi
Perawat
1) Fungsi
Independen
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
2) Fungsi
Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya
atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3) Fungsi
Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat
saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian
pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan
juga dari dokter ataupun lainnya.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko – sosial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan
keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal
serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai
tingkat kesehatan optimal.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada
kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya
memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah :
a. Caring,
menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu :
nilai – nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan,
menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling
tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau
buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan,
prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik
fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia,
dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
b. Sharing artinya
perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
c. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi
seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
d. Crying artinya
perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
e. Touching
artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
f. Helping artinya
perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
g. Believing the others artinya
perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu
meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Learning artinya
perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
i. Respecting artinya
memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga
kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
j. Listening artinya
mau mendengar keluhan kliennya
k. Feeling artinya
perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang,
frustasi dan rasa puas klien.
l. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang
lain
Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur –
unsur penting yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan
yaitu respon manusia sebagai fokus telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai
lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan diri merupakan basis
intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau kurangnya
kemampuan.
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang
bersifat terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan yang memiliki efek
penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 : 80).
0 komentar:
Posting Komentar