1.
Pendahuluan
Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan
teori merupakan aktivitas berfikir yang tinggi. Model konseptual mengacu pada
ide- ide global mengenai individu, situasi atau kejadian tertentu yang
berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori – teori yang terbentuk dari
penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu
kejadian dan fonomena dari suatu disiplin ( Fawcett, 1992).
Karena keperawatan terus berkembang, perawat membuat
hipotesis tentang praktek keperawatan, prinsip yang mendasari praktek
keperawatan, tujuan dan fungsi yang sesuai dengan keperawatan di masyarakat.
Model konsep dan teori keperawatan digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk
meningkatkan praktek penuntun penelitian dan kurikulum serta mengidentifikasi
bidang dan tujuan dari praktek keperawatan.
2.
Pembahasan
2.1
Gaya Hidup
Istilah gaya
hidup pada asalnya dicipta oleh ahli psikologi Austria,
Alfred Adler, pada 1929. Pengertiannya
yang lebih luas, sebagaimana difahami pada hari ini, mula digunakan sejak 1961.
Dalam
bidang sosiologi,
gaya hidup ialah cara bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup ialah
kumpulan ciri
tingkah laku yang bererti kepada kedua-dua orang-orang lain dan diri
sendiri
dalam sesuatu masa dan tempat, termasuk hubungan sosial, penggunaan,
hiburan, dan pakaian. Tingkah
laku dan amalan dalam gaya hidup merupakan campuran tabiat, cara lazim
membuat
sesuatu, serta tindakan berdasarkan logik. Gaya hidup biasanya
membayangkan sikap, nilai, dan pandangan dunia seseorang. Justera,
gaya hidup ialah cara untuk memupuk konsep
kendiri serta mencipta simbol kebudayaan yang menggemakan identiti
peribadi. Namun bukan semua aspek gaya hidup bersifat sukarela pada
sepenuhnya.
Sistem-sistem sosial dan teknikal di sekeliling boleh menyekat pilihan
gaya
hidup serta simbol yang dapat digunakan untuk menonjolkan gaya hidup
kepada
orang-orang lain dan diri sendiri.
Sempadan antara identiti peribadi dengan perbuatan
sehari-hari yang menandakan sesuatu gaya hidup semakin kabur dalam masyarakat
moden.Misalnya, "gaya hidup hijau" bermakna memegang kepercayaan dan
melakukan kegiatan-kegiatan yang menggunakan kurang sumber serta menghasilkan
kurang sisa yang berbahaya (iaitu jejak karbon yang lebih kecil) dan
mencapai penghargaan diri menerusi pemegangan kepercayaan dan pembuatan
kegiatan-kegiatan tersebut. Sesetengah pengulas mendebat bahawa dalam kemodenan, asas pembinaan gaya hidup ialah
tingkah laku penggunaan yang menawarkan kemungkinan untuk mencipta dan
membezakan diri lagi menerusi produk dan perkhidmatan yang menandakan gaya
hidup yang berbeza.
2.2
Pengertian
KONSEP adalah keyakinan yang
kompleks terhadap suatu objek, benda, suatu peristiwa atau fonomena berdasarkan
pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan.
TEORI adalah hubungan beberapa
konsep atau suatu kerangka konsep / definisi yang memberikan suatu pandangan
sistematis terhadap gejala-gejala atau fonomena-fonomena dengan menentukan
hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk
menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fonomena.
Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai pedoman dalam penelitian.
Ada 3 cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan
teori keperawatan, yaitu meminjam teori – teori dari disipin ilmu lain yang
relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori- teori ini ke dalam ilmu
keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari
konsep yang berkaitan dengan praktik keperawatan, serta menumbuh-kembangkan praktek
keperawatan dan pendidikan keperawatan.
Pola/konsep di definisikan seperti pembentukan tingkah
laku yang terjadi secara berangkai. (Gordon,1994,p.70). “Pola Fungsional
Kesehatan (cara Hidup) klien, apakah pribadi, keluarga atau masyarakat,
berkembang dari interaksi klien-lingkungan. Masing-masing pola adalah
penjabaran dari gabungan biopsikososial. Tidak satupun pola yang dapat
dimengerti tanpa mengetahui pola yang lain. Pola fungsional kesehatan
dipengaruhi oleh faktor biologi,perkembangan,budaya,sosial dan spiritual”
(Gordon.1994. p318).
Pola Fungsional Kesehatan dapat dikaji perkembangannya
sejalan dengan perubahan waktu. 11 pola fungsional kesehatan termasuk Persepsi
kesehatan-managemen Kesehatan, Nutrisi-metabolisme, eliminasi, aktivitas
–latihan, istirahat-tidur. Persepsi kognitif, konsep diri-persepsi
diri,Hubungan-peran, seksual-reproduksi,Pola pertahanan
diri-toleransi,keyakinan dan nila. (Gordon,194, p.70).
Contoh
aplikasi teori dalam keperawatan
1)
Perubahan sensori/ perceptual (penglihatan) yang
berhubungan dengan:
Kaji ketajaman visual klien, kaji orientasi dan memori klien akhir-akhir ini,obesrvasiperilaku klien, kaji ulang catatan medis dari kunjungan klinik.
Kaji ketajaman visual klien, kaji orientasi dan memori klien akhir-akhir ini,obesrvasiperilaku klien, kaji ulang catatan medis dari kunjungan klinik.
2)
Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) Timbang berat
badan klien, tanyakan klien tentang perubahan berat badan yang direncanakan
atau tidak direncanakan, tanyakan klien tentang makanan yang disukai maupun
tidak disukai,inspeksi mukosa mulut klien, palpasi abdomen.
4.3.1
Model Konsep dan Tipologi Pola Kesehatan Fungsional
Menurut Gordon
1)
Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan
kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan
kesehatan,kemampuan menyusun tujuan,pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2)
Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan
elektrolit. Nafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,
kesulitan menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan
kulit,Makanan kesukaan.
3)
Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit
Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi (oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih, dll
Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi (oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih, dll
4)
Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan
dan sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak
tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain
Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.
Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.
5)
Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi
sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung
kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau
baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,tempat, dan nama
(orang,atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan,persepsi nyeri dan penanganan nyeri,kemampuan
untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat,
kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien,
adakah gangguan penglihatan,pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman
dll.
6)
Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang
energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia
atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih
7)
Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga
diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka
dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping
sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural
spriritual dan dalam pandangan secara holistic
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,gugup/relaks
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,gugup/relaks
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
Pekerjaan,tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap orang lain, masalah keuangan dll
Pekerjaan,tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap orang lain, masalah keuangan dll
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan
mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex, pemeriksaan genital
10) Pola Pertahanan Diri
(Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan
penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi
dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa
digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress
11) Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan
termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan
buadaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.
2.3
Pengertian
Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.
Dilihat dari
bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
1) Perilaku
tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku
terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain.
2.4
Klasifikasi
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah
suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok :
1) Perilaku
pemeliharaan kesehatan (health
maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2) Perilaku
pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health
seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3) Perilaku
kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
2.5
Domain
Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif
(kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain),
dan ranah psikomotor (psicomotor
domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan
dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari:
1) Pengetahuan
(knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a)
Faktor
Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,
kondisi fisik.
b)
Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya
keluarga, masyarakat, sarana.
c)
Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar,
misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan
domain pengetahuan yaitu :
a)
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
b)
Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c)
Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d)
Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
e)
Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
f)
Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2) Sikap
(attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a)
Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu
objek
b)
Kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c)
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti
halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a)
Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b)
Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c)
Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d)
Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3) Praktik
atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk mewujudkan
sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai
beberapa tingkatan :
a)
Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b)
Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c)
Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d)
Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung
yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip
Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1)
Kesadaran (awareness)
Dimana orang
tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2)
Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3)
Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4)
Mencoba (trial)
Dimana orang
telah mulai mencoba perilaku baru.
5)
Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.6
Asumsi
Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6
macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai
budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia
sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau
dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya
adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut :
1)
Pengalaman
2)
Keyakinan
3)
Fasilitas
4)
Sosio-budaya
5)
Pengetahuan
6)
Persepsi
7)
Sikap
8)
Keinginan
9)
Kehendak
10) Motivasi
11) Niat
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap
faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1)
Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat
dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk
oleh :
a)
Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b)
Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
c)
Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
2)
Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik
tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :
a.
Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior
itention).
b.
Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
c.
Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan
atau fasilitas kesehatan (accesebility
of information).
d.
Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal
mengambil tindakan atau keputusan (personal
autonomy).
e.
Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3)
Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah :
a.
Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
1)
Pengetahuan
diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
2)
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua,
kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan
tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
3)
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain
yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain
atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak
selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap
akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti
atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
b.
Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu
penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk
dicontoh.
c.
Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
d.
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan
sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya
disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu
berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
(Notoatmodjo, 2003).
0 komentar:
Posting Komentar