A. Asuhan Gizi
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien. Untuk
tercapainya pelayanan gizi dan kesehatan paripurna pasien, baik rawat inap
maupun rawat jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan (care) yang pada pelaksanaannya dikenal
sebagai pelayanan (services). Ketiga jenis asuhan tersebut adalah
: a) Asuhan Medik, b) Asuhan Keperawatan, c) Asuhan Gizi (Depkes RI, 2003).
Seiring dengan kemajuan pelayanan kesehatan di rumah sakit,
pelayanan gizi telah mengalami perkembangan yang pesat di negara-negara maju.
Pendekatan Health Care Team Patient
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan betul-betul diterapkan, sehingga konsumen
sudah merasakan rasa nyaman di rawat di rumah sakit. Makanan di rumah sakit
tidak saja diperhatikan dari aspek terapinya tetapi juga sebagai suatu hal yang
mempengaruhi kenyamanan tinggal di rumah sakit (Almatsier, 1992).
B. Tujuan Asuhan
Gizi
Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara
optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun konseling
gizi pada pasien rawat jalan. Pelayanan gizi yang merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit, juga mencakup ke
empat aspek upaya pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif
dalam menanggulangi masalah gizi. Kita menyadari sepenuhnya bahwa peranan dan
fungsi Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) menjadi sangat penting, baik dalam
melaksanakan fungsi rujukannya maupun dalam melaksanakan intervensi gizi secara
umum terhadap pasien di rumah sakit (Depkes, 2003).
Tujuan kegiatan PGRS adalah untuk memberikan terapi diit yang sesuai dengan
kondisi pasien dalam upaya mempercepat penyembuhan melalui penyediaan makanan
khusus, upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan selama dalam
perawatan, adanya peran serta masyarakat dalam upaya mencegah kambuhnya
penyakit. Oleh karena itu, makanan yang disediakan sudah diperhitungkan jumlah
dan mutu gizinya, dan harus dihabiskan pasien agar penyembuhannya dapat
berjalan sesuai dengan program yang ditetapkan (Syahmien Moehyi, 1999).
C. Penyelenggaraan
Makanan Rumah Sakit
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen,
dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet
yang tepat. Willan tahun 1990 mengemukakan bahwa tugas instalasi gizi adalah
menyediakan dan menghidangkan makanan serta diit khusus bagi pasien.
Masalah utama yang sering dijumpai pada pasien yang dirawat inap dirumah
sakit adalah masalah malnutrisi. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian
petugas kesehatan terhadap masalah gizi pasien, sehingga pasien harus lebih
menderita dan lebih lama dirawat dari semestinya. Hal ini secara ekonomis tidak
menguntungkan bagi pasien, maupun bagi rumah sakit (Depkes RI, 2003).
Mutu dan cara pengaturan makanan yang disajikan merupakan salah satu ukuran
untuk menilai baik buruknya pelayanan kesehatan yang diperoleh di rumah sakit,
dengan meningkatnya tingkat perekonomian masyarakat diperkotaan dengan
sendirinya bertambah pula kebutuhan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah
sakit. Masyarakat tidak lagi hanya mementingkan tersedianya pelayanan kesehatan
tetapi juga memperhatikan bagaimana mutu pelayanan yang diberikan (Sutarjo,
1993).
Dalam manajemen mutu makanan pelanggan menjadi pusat perhatian. Paradigma
baru dalam pelayanan kesehatan menempatkan kepuasan pasien sebagai salah satu
indikator penting, sama halnya seperti pelanggan bisnis. Untuk memenangkan
persaingan, rumah sakit dan instalasi gizi harus mampu memberikan kepuasan pada
pelanggannya. Jika pelanggan dalam hal ini pasien, tidak puas maka pasien
meninggalkan rumah sakit dan menjadi pelanggan rumah sakit lainnya. Sebaliknya jika
pasien merasa puas akan cenderung kembali jika memerlukan perawatan, dan dari
mulut kemulut akan mempromosikan mutu rumah sakit pada kerabat atau relasinya
(Supranto, 1997).
Menurut Azwar tahun 1994, mutu pelayanan kesehatan menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan
pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasa rata-rata penduduk, serta di
pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan propesi yang ditetapkan.
0 komentar:
Posting Komentar