Selain gejala "4
L", ada anemia yang memiliki tanda-tanda aneh dan tidak normal. Anemia
Pica namanya, menyebabkan penderita memiliki selera makan yang tidak lazim,
seperti makan tanah, kotoran, adonan semen, serpihan cat, atau minum minyak
tanah. Itu hanya salah satu dari beberapa jenis anemia kekurangan gizi yang
akan dibeberkan penyebab maupun cara penanggulangannya berikut ini.
Istilah anemia langsung
mengingatkan kita pada penyakit lesu darah, yang tidak lain adalah menurunnya
jumlah dan mutu sel darah di dalam tubuh. Seperti diketahui, sel darah terdiri
atas sel darah merah (hematokrit), hemoglobin, ferritin, serum besi, dan
lainnya.
Fungsi sel darah merah itu
penting mengingat tugasnya antara lain sebagai sarana transportasi zat gizi,
dan terutama juga oksigen yang diperlukan pada proses fisiologis dan biokimia
dalam setiap jaringan tubuh. Terkena anemia berarti, selain pasokan oksigen ke
seluruh tubuh jadi berkurang, berbagai akibat fisiologis dan psikologis juga
akan muncul.
Akibat anemia gizi antara
lain tampak pada tubuh yang sering mengalami gejala "4 L": letih,
lemah, lesu, dan loyo. Di samping itu muka tampak pucat, kehilangan selera
makan, apatis, sering pusing, sulit berkonsentrasi, serta mudah terserang
penyakit.
Di Indonesia, anemia gizi
masih merupakan masalah gizi utama dan terus diperbaiki secara berkelanjutan.
Data terakhir menunjukkan, prevalensi anemia gizi besi masih tinggi (Kodiyat,
1995): ibu hamil (63,5%), balita (55,5%), anak usia sekolah (20 -40%), wanita
dewasa (30 - 40%), pekerja berpenghasilan rendah (30 - 40%), dan pria dewasa
(20 - 30%).
Selain gejala anemia yang
tampak dan dirasakan, untuk mengetahui lebih teliti perlu dilakukan tes darah
di laboratorium. Beberapa indikator yang lazim digunakan untuk itu adalah kadar
serum ferritin (SF), transferin saturation (TS), free erytrocytes
protophorphyrin (FEP), dan kadar hemoglobin (Hb).
Standar anemia
masing-masing indikator adalah sebagai berikut: kadar Hb laki-laki 13 g/dl dan
wanita di bawah 12 g/dl. Indikator yang berlaku untuk kedua jenis kelamin:
kadar serum ferritin di bawah 12 mcg/l, kadar TS kurang dari 16%, dan kadar FEP
di atas 100 mcg/dl sel darah merah. Dari pengalaman di lapangan, kadar Hb dapat
dijadikan indikator representatif untuk kegiatan intervensi penanggulangan
anemia gizi.
Kerusakan sel darah merah
Anemia bisa terjadi akibat keadaan-keadaan seperti kehilangan
darah karena luka berat, tindakan pembedahan, kecelakaan, menstruasi,
melahirkan, dan terlalu sering menjadi donor darah.
Namun, anemia juga bisa karena kerusakan sel darah merah akibat
kurang gizi, adanya zat beracun atau patogen, faktor keturunan (genesis),
penyakit Hodgkin atau kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah
seperti hati, limpa, dan sumsum tulang.
Menurunnya jumlah sel darah merah bisa juga akibat zat gizi besi
digunakan untuk kepentingan lain (di luar untuk pembuatan sel darah merah).
Misalnya, akibat kekurangan asam lambung, penyakit pada sumsum tulang,
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan atau memproduksi sel-sel
darah merah seperti asam folat, vitamin B12, dan lainnya. Anemia juga bisa
disebabkan oleh menurunnya kualitas serta kuantitas hemoglobin sel darah merah.
Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan
nongizi. Anemia gizi adalah keadaan kurang darah akibat kekurangan zat gizi
yang diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan anemia nongizi akibat pendarahan seperti
luka akibat kecelakaan, mensturasi, atau penyakit darah yang bersifat genesis
seperti thalasemia, hemofilia, dan lainnya.
Anemia
gizi itu sendiri ada beberapa
macam:
a. Anemia
gizi besi:
karena zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul hemoglobin yang
merupakan unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat gizi
besi menyebabkan menurunnya produksi hemoglobin. Akibatnya, terjadi pengecilan
ukuran (microcytic), rendahnya kandungan hemoglobin (hypochromic),
serta berkurangnya jumlah sel darah merah. Penderita mengalami gejala umum
berupa "4 L" itu tadi disertai pucat, kesemutan, mata
berkunang-kunang, jantung berdegup kencang, dan kurang bergairah.
Untuk mengatasinya secara oral atau suntikan bisa diberikan
suplemen zat gizi besi dengan dosis 60 - 180 mg/hari sampai keadaan normal.
Untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi bisa dilakukan dengan mengkonsumsi
bahan makanan sumber utama zat besi seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan
gizi yang dianjurkan.
b. Amenia
gizi vitamin E:
mengakibatkan integritas dinding sel darah merah menjadi lemah dan
tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap hemolisis (pecahnya sel darah
merah). Soalnya, vitamin E adalah faktor esensial bagi integritas sel darah
merah.
c. Anemia
gizi asam folat:
disebut juga anemia magaloblastik atau makrositik; dalam hal ini
keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih
besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya ialah kekurangan asam
folat dan atau vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam
pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum
tulang.
Penanganan gizinya dilakukan dengan tes laboratorium adanya B12
dalam darah untuk membedakannya dengan anemia pernicious. Bila ternyata
kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat
dengan dosis 0,1 - 1,0 mg/hari. Bila terjadi malabsorbsi, asam folat itu dapat
disuntikkan dengan dosis 0,01 mg/hari. Tentunya hal ini perlu dikonsultasikan
dengan dokter ahli gizi.
d. Anemia
gizi vitamin B12:
disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan
anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem
alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak
dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan
saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan kejiwaan.
Penanganan gizinya diawali dengan tes darah untuk mengetahui
spesifikasi kekurangan zat gizinya. Kekurangan vitamin B12 dapat
diatasi dengan pemberian secara oral atau suntikan dengan dosis sekitar 100
mcg/hari, sesuai anjuran dokter gizi.
e. Anemia
gizi vitamin B6:
anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan
anemia gizi besi, namun bila darahnya dites secara laboratoris, serum besinya
normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan)
hemoglobin. Penanganan gizinya dengan memberikan suplemen vitamin B6
secara oral dengan dosis 50 - 200 mg/hari atau sesuai anjuran dokter gizi.
f.
Anemia Pica:
tanda-tanda anemia Pica aneh dan tidak normal. Penderita memiliki
selera makan yang tidak lazim, seperti makan tanah, kotoran, adonan semen,
serpihan cat, atau minum minyak tanah. Tentu saja perilaku makan ini akan
memperburuk penyerapan zat gizi besi oleh tubuh.
Untuk mengatasinya dilakukan penanganan gizi seperti pada anemia
gizi besi yaitu dengan memberikan suplemen besi (Fe) dengan dosis 60 - 180
mg/hari sesuai anjuran dokter gizi. Selain itu pihak keluarganya harus
mengawasi dan mencegah penderita untuk tidak melakukan kebiasaan makan
benda-benda yang aneh-aneh itu.
Beberapa zat gizi memang
sangat berperan dan diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah merah.
Zat gizi besi (Fe)
merupakan kelompok mineral yang diperlukan, sebagai inti dari hemoglobin, unsur
utama sel darah merah. Sedangkan tembaga (Cu) sebagai bagian enzim untuk
membentuk zat besi ferri agar dapat masuk dalam sel darah.
Dari kelompok vitamin,
vitamin C digunakan untuk mereduksi besi menjadi bentuk ferrous agar mudah
diserap tubuh. Vitamin B6 sebagai kofaktor dalam pembentukan hemoglobin.
Sedangkan vitamin B12 dan asam folat diperlukan sebagai bagian pengendali dalam
proses pertumbuhan atau perbanyakan serta pematangan sel darah merah. Vitamin E
diperlukan untuk mempertahankan integritas dinding sel darah. Sedangkan protein
diperlukan sebagai bahan dasar hemoglobin dan sel darah merah.
Zat-zat gizi itu hendaknya
kita pasok setiap hari dalam jumlah yang sesuai dengan keperluannya. Rata-rata
kecukupan yang dianjurkan per hari untuk masing-masing zat gizi ini adalah
protein 12 - 62 g, vitamin B6 1,5 - 2,5 mg, vitamin B12 sekitar 0,3 - 2,6 mcg,
asam folat kurang lebih 25 - 200 mcg. Untuk vitamin C diperlukan sekitar 30 -
60 mg dan vitamin E kurang lebih 3 - 13 mg (alfa tokoferol). Sedangkan dari
kelompok mineral, zat gizi besi (Fe) dianjurkan sekitar 3 - 30 mg dan tembaga
(Cu) sekitar 0,4 - 3,0 mg.
Seluruh keperluan zat gizi
itu diutamakan berasal dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran hijau dan
buah-buahan, serta tahu dan tempe atau hasil olahannya. Dalam keadaan tertentu
bisa ditambah dengan minum zat gizi, sesuai anjuran dokter.
Hendaknya sehari-hari kita
selalu memperhatikan susunan menu berdasarkan ketentuan gizi seimbang. Atau
paling tidak memenuhi kriteria gizi "empat sehat lima sempurna."
0 komentar:
Posting Komentar