Protein merupakan senyawa polimer organik yang
berasal dari monomer asam amino yang mempunyai ikatan peptida. Istilah protein
berasal dari bahasa Yunani “protos” yang memiliki arti “yang paling
utama”.
Protein memiliki peran yang sangat penting
pada fungsi dan struktur seluruh sel makhluk hidup. Hal ini dikarenakan molekul
protein memiliki kandungan oksigen, karbon, nitrogen, hydrogen, dan sulfur.
Sebagian protein juga menagndung fosfor.
Protein
pertama kali ditemukan pada tahun 1838 oleh Jöns Jakob Berzelius. Protein adalah salah satu biomolekul raksasa yang berperan sebagai komponen utama penyusun makhluk hidup. Protein membawa kode-kode genetik berupa DNA dan RNA.
pertama kali ditemukan pada tahun 1838 oleh Jöns Jakob Berzelius. Protein adalah salah satu biomolekul raksasa yang berperan sebagai komponen utama penyusun makhluk hidup. Protein membawa kode-kode genetik berupa DNA dan RNA.
Beberapa makanan yang dapat menjadi sumber protein adalah:
daging, telur, ikan, susu, biji-bijian, kentang, kacang, dan polong-polongan.
Seorang Biokimiawan USA dan juga Profesor untuk biokimia di
Yale bernama Thomas Osborne Lafayete Mendel pernah melakukan percobaan protein
kepada kelinci pada tahun 1914. Sekelompok kelinci diberi makanan protein
hewani. Kelompok lain diberi makanan protein nabati. Hasil dari eksperimen ini
adalah kelinci yang diberi protein hewani beratnya bertambah lebih cepat
daripada kelinci yang diberi makanan berprotein nabati.
Studi yang lain dilakukan oleh seorang peneliti bernama
McCay dari Universitas Berkeley. Percobaan yang dilakukannya menunjukan bahwa
kelinci yang diberi makanan protein nabati dapat hidup lebih sehat dan hidup
dua kali lebih lama dari yang lain.
B. Gambaran Umum Protein
Protein adalah bagian
dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Semua
enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler
dan sebagainya adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
tergantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh. Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan
diserap oleh usus dalam bentuk asam amino (Sunita Almatsier, 2002).
F. G. Winarno (2002) menjelaskan bahwa protein dalam tubuh
manusia, terutama dalam sel jaringan, bertindak sebagai bahan membran sel,
dapat membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan elastin yang merupakan
bahan untuk menutup atau menyembuhkan luka, serta membentuk rambut dan kuku.
Disamping itu, protein dapat bekerja sebagai enzim, bertindak sebagai plasma
(albumin), membentuk antibodi, membentuk kompleks dengan molekul lain, serta
dapat bertindak sebagai bagian sel yang bergerak (protein otot).
Protein berperan sebagai zat pengatur proses metabolisme
tubuh dengan cara mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh
darah, yang berperan paling banyak dalam proses tersebut adalah protein plasma
yaitu albumin. Albumin mampu mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma
dan cairan ekstra sel, serta memberikan tekanan osmotik di dalam kapiler
(Montgomery, 1993). Selain itu, albumin dan protein serum lain berperan dalam
membawa bahan kimiawi tertentu, termasuk obat-obatan, dan berbagai materi yang
tidak larut dalam air seperti bilirubin, asam lemak, barbiturate, dan beberapa
macam hormon di dalam sistem sirkulasi (Iwan S. Handoko, 2005).
Secara umum protein plasma dibedakan kedalam tiga golongan
utama, yaitu fibrinogen, albumin, dan globulin. Masing-masing protein plasma
tersebut mempunyai konsentrasi massa dan berat molekul berbeda-beda (Tabel 1).
Tabel 1. Protein-protein yang Terdapat dalam Plasma Darah
Manusia
Jenis Protein
|
Persen dalam Plasma
|
Berat Molekul
|
M (NaCl) untuk Penggum-palan
|
Titik Isoelektris
(pH)
|
Fibrinogen
|
0,4-0,5
|
400.000
|
1,50
|
-
|
α-Globulin
β- Globulin
γ- Globulin
|
0,7-0,8
1,35
1,0
|
156.000-308.000
90.000-1.300.000
200.000-300.000
|
1,34
1,64
2,05
|
6,85-7,30
5,12
5,06
|
Albumin
|
3,2
|
68.000
|
2,57
|
4,64
|
Sumber : Slamet Sudarmadji, 2003
C. Klasifikasi Protein
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima
ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam
amino, yang terkait satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri
atas unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen; beberapa asam amino
disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt (Sunita
Almatsier, 2002). Protein dapat digolongkan menurut struktur susunan
molekulnya, kelarutannya, adanya senyawa lain dalam molekul, tingkat degradasi,
dan fungsinya (F. G. Winarno, 2002).
1. Struktur Susunan Molekul
o
Protein fibriler/skleroprotein adalah protein yang berbentuk serabut.
Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam,
basa, ataupun alkohol. Berat molekulnya yang besar belum dapat ditentukan
dengan pasti dan sukar dimurnikan. Susunan molekulnya terdiri dari rantai
molekul yang panjang sejajar dengan rantai utama, tidak membentuk kristal dan
bila rantai ditarik memanjang, dapat kembali pada keadaan semula.
o
Protein globuler/sferoprotein yaitu protein yang berbentuk bola. Protein
ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah dibawah
pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan protein
fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah
yang diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya.
2. Kelarutan
o
Albumin; larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.
o
Globulin; tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam
larutan garam encer, dan mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi
(salting out).
o
Glutelin; tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam asam atau
basa encer.
o
Prolamin atau gliadin; larut dalam alkohol 70-80% dan tak larut dalam air
maupun alkohol absolut.
o
Histon; larut dalam air dan tidak larut dalam amino encer. Histon dapat
mngendap dalam pelarut protein lainnya. Histon yang terkoagulasi karena
pemanasan dapat larut lagi dalam larutan asam encer.
o
Protamin; merupakan protein paling sederhana dibandingkan protein-protein
lain, tetapi lebih kompleks daripada pepton dan peptida. Protein ini larut
dalam air dan tidak terkoagulasi oleh panas. Larutan protamin encer dapat
mengendapkan protein lain, bersifat basa kuat, dan dengan asam kuat membentuk
garam kuat.
3. Protein Konjugasi
Protein yang mengandung senyawa lain yang non-protein
disebut protein konjugasi, sedangkan protein yang tidak mengandung senyawa
non-protein disebut protein sederhana. Ada bermacam-macam protein
konjugasi, yang perbedaannya terletak pada senyawa non-protein yang bergabung
dengan molekul proteinnya.
4. Tingkat Degradasi
o
Protein alami adalah protein dalam keadaan seperti protein dalam sel.
o
Turunan protein, yang merupakan hasil degradasi protein pada tingkat
permulaan denaturasi. Dapat dibedakan sebagai; protein turunan primer (protean,
metaprotein) dan protein turunan sekunder (proteosa, pepton, dan peptida).
D. Fungsi Protein
Protein mempunyai
bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai enzim, zat pengatur pergerakan,
pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain-lain.
E. Sifat Kimia Protein
F. G. Winarno
(2002) menjelaskan bahwa sifat fisikokimia setiap protein tidak sama,
tergantung pada jumlah dan jenis asam aminonya. Ada protein yang larut dalam
air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut
dalam pelarut lemak. Garam-garam logam berat dan asam-asam mineral kuat
ternyata baik digunakan untuk mengendapkan protein. Bila garam netral yang
ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa protein memiliki sifat apabila dipanaskan atau ditambah
alkohol, maka protein akan menggumpal. Selain itu protein mempunyai banyak
muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun
basa) sehingga dapat menyebabkan terjadinya pengendapan. Pada pH tertentu yang
disebut titik isolistrik atau titik isoelektrik (pI) pengendapan paling cepat
terjadi, setiap protein mempunyai titik isoelektrik yang berlainan, sehingga
prinsip ini digunakan dalam proses-proses pemisahan serta pemurnian protein.
de Man (1997)
menyatakan bahwa denaturasi protein dapat terjadi oleh berbagai penyebab, yang
paling penting ialah panas, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi
biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti
pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan. Lebih lanjut M. T.
Simanjuntak dan J. Silalahi (2003) menjelaskan kelarutan protein akan berkurang
bila kedalam larutan protein ditambahkan garam-garam anorganik karena kemampuan
ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik
dengan molekul protein untuk menangkap air. Selain itu protein dengan
penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH Isoelektrik
dimana protein mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling
menetralkan dan kelarutan protein akan sangat menurun atau mengendap dan pada
suhu tinggi kelarutan protein akan berkurang (koagulasi) karena energi kinetik
molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk
merusak ikatan atau struktur protein yang menyebabkan koagulasi. Alkohol juga
dapat mengendapkan protein dikarenakan pelarut organik akan mengurangi
konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga
karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air.
F. Metabolisme Protein
Dalam tubuh manusia terjadi suatu siklus protein artinya protein dipecah
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil yaitu asam amino atau peptida.
Pada saat yang sama terjadi juga sintesis protein baru untuk mengganti protein
yang lama (F. G. Winarno, 1997). Protein dicerna menjadi asam amino oleh
enzim proteolitik dan peptidase yang ada dalam saluran gastrointestinal.
Beberapa asam amino kecil dan peptida langsung diabsorpsi sebagai asam amino
(Montgomery, dkk, 1993).
Dalam rongga mulut, protein makanan belum mengalami proses metabolisme.
Baru di dalam lambung terdapat enzim pepsin dan HCL yang bekerjasama memecah
protein makanan menjadi metabolit intermediet tingkat polypeptida, yaitu
pepton, albumosa, dan proteosa. Di dalam duodenum, protein yang sudah
mengalami pencernaan parsial dicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari
cairan pankreas dan dinding usus halus. Pankreas mengahasilkan enzim
proteolitik tripsin dan khemotripsin sedangkan sekresi dinding usus
menghasilkan enzim erepsin yang merupakan campuran sejumlah enzim
oligopeptidase. Oleh erepsin, oligopeptidase dipecah lebih lanjut menjadi
asam-asam amino yang kemudian diserap melalui sel-sel ephiotelium dinding usus
(Soediaoetama, 1985).
0 komentar:
Posting Komentar