Ø MEKANISME KERJA JANTUNG
Jantung
dikomposisikan dari jaringan dasar miokardium. Jaringan nodal
memberikan pergerakan energi potensial. Atau jaringan nodal dapat
menghubungkan serat-serat miokardium, jaringan nodal dapat merangsang
dan dengan sendirinya berkontraksi menjadi gumpalan: artial syncytium
dan ventrikel syncytium. Frekuensi kontraksi kardio/jantung dapat
bergantung pada frekuensi depolarisasi jaringan nodal.
Ø FASE SIKLUS KERJA JANTUNG
1. Mid Diastole
Merupakan
fase pengisian lambat ventrikel dimana atrium dan ventrikel dalam
keadaan istirahat. Darah mengalir secara pasif dari atrium ke ventrikel
melalui katup atrioventrikuler, pada saat ini katup semilunaris
tertutup dan terdengar sebagai bunyi jantung kedua.
2. Diastole Awal
Gelombang
repolarisasi menyebar ke ventrikel sehingga ventrikel menjadi
relaksasi. Tekanan ventrikel turun melebihi tekanan atrium sehingga
katum AV membuka. Dengan terbukanya katup AV maka ventrikel akan terisi
dengan cepat, 70%-80% pengisian ventrikel terjadi dalam fase ini.
3. Diastole Lanjut
Gelombang
depolarisasi menyebar melalui atrium berhenti pada nodus
atrioventrikuler (nodus AV). Otot atrium berkontraksi memberikan 20%-30%
pada isi ventrikel.
4. Sistole Awal
Depolarisasi
menyebar dari sinus AV menuju miokardium ventrikel. Ventrikel
berkontraksi menyebabkan tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dari
tekanan atrium sehingga menyebabkan katup atrioventrikuler menutup yang
terdengar sebagai bunyi jantung satu. Dalam keadaan ini tekanan dalam
aorta dan arteri pulmo tetap lebih besar, sehingga katup semilunar tetap
tertutup. Kontraksi ventrikel ini disebut sebagai kontraksi
isovolumetrik.
5. Sistole Lanjut
Tekanan
ventrikel meningkat melebihi tekanan pembuluh darah sehingga
menyebabkan katup semilunaris membuka. Setelah katup semilunar terbuka,
terjadi ejeksi isi ventrikel kedalam sirkulasi pulmoner dan sistemik.
A. Struktur Mikro Jantung
Serat
lintang otot jantung sama dengan otot rangka dan terdapat garis-garis
Z. banyak terdapat mitokondria panjang yg berdekatan dengan
fibril-fibril otot. Serat-serat otot bercabang dan saling berikatan
(Interdigitate) tetapi masing-masing merupakan unit lengkap yg
dikelilingi oleh membran sel. Perbatasan ujung suatu serat otot dengan
ujung serat otot yang lain disebut diskus interkalatus. Membran kedua
serat otot tersebut tersusun parallel satu sama lain menyerupai
serangkaian lipatan yang luas.
(a).
Jaringan otot jantung yg berlapis-lapis mengelilingi atrium dan secara
spiral pd dinding ventrikel, (b). Potongan otot jantung secara seksio,
dan (c). Potongan otot jantung secara diagramatik.Karakteristik
histologis sel otot jantung dibandingkan dg sel otot rangka, yaitu
serat sel otot jantung memiliki sifat: 1. Ukurannya lebih kecil, 2.
Terdapat nucleus pada bagian tengah serat otot, 3. Terdapat cabang
diantara sel-sel, dan 4. Memiliki interkalatus.
B. Dasar Molekul Kontraksi
1. Molekul yang berperan dalam kontraksi
a. Molekul-molekul aktin G. Filamen-filamen aktin terdiri dari suatu protein (BM= 43.000) yang berbentuk bola (globular)
b. Protein tropomiosin.
Protein-protein pengatur tertentu berikatan pada filament-filamen
aktin. merupakan molekul protein dengan panjang 40 nm, terletak dalam
alur yang terbentuk antara kedua untaian filamen aktin
c. Protein troponin. terletap pada kedua ujung tropomiosin
d. Filamen-filamen myosin. Filament-filamen
myosin terdiri atas kumpulan padat molekul-molekul myosin dengan
bagian yang berbentuk gagang terbentang sejajar dengan sumbu panjang
filament terdiri atas protein myosin (BM= 460.000), dan panjang
molekulnya 150 nm. Dengan menggunakan enzim tripsin molekul-molekul
myosin dapat diuraikan
e. Enzim tripsin. Dapat menguraikan molekul2 myosin
f. ATPase. Berperan dalam proses pemecahan ATP menjadi ADP.
2. Kejadian saat kontraksi
pelepasan
ion kalsium dari sarkoplasmik reticulum kemudian merangasang aktivitas
ATP, yang kemudian terjadi hidrolisa molekul ATP menjadi ADP dan
pelepasan energi. Energi inilah yang dipakai untuk kontraksi. Ion
kalsium yang hanya bekerja sebagai katalisator selanjutnya ditangkap
kembali oleh sarkoplasmik reticulum.
C. Depolarisasi Dan Repolarisasi
1) Depolarisasi
Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran impuls/sinyal pada jantung.
2) Repolarisasi
Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana otot otot jantung tidak melakukan aktifitas sementara (istirahat).
Fase defleksi merupakan penyebaran proses depolarisasi. Urutan terjadinya sinyal elektrokardiogram adalah sebagai berikut :
a) Gelombang P.
Vektor depolarisasi (terjadi perubahan muatan listrik ) kontraksi atrium dari sinus atrialis ke nodulus atrio ventricularis.
b) Gelombang Q.
Gelombang yg menandai awal dari kontraksi atria
c) Gelombang R.
Gelombang yg menanda akhir dari kontraksi atria dan awal dari kontraksi ventrikel.
d) Gelombang S.
Gelombang yg menandai akhir dari kontraksi ventrikel
e) Gelombang T
Gelombang T disebabkan repolarisasi ventrikel
Vektor yang timbul karena depolarisasi ventrikel membangkitkan QRS kompleks.
Interval P-R adalah menandakan waktu dari permulaan kontraksi atrial
sampai permulaan kontraksi ventrikel. Interval R-T menunjukkan kontraksi
otot (ventricel systole), dan interval T-R menunjukkan adanya relaksasi otot (ventricel diastole). Interval antara R-R menandakan periode dari detak jantung yang dapat dapat dikonversikan menjadi Heart Rate:
R = adalah interval antara sinyal R dengan sinyal R yang diukur dalam
milidetik. Interval R-R relatif konstan dari detak ke detak. Perubahan
pada interval R-R menandakan adanya kecepatan jantung yang tidak wajar.
Sebuah sinyal yang didapat dari elektrokardiogram normal memiliki ciri
cirri sebagai berikut :
Ø Sifat sistem penghantar khusus:
1. Otomasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan
2. Ritmis : keteraturan membangkitkan impuls
3. Daya penerus : kemampuan menghantarkan impuls
4. Peka rangsang : kemampuan berespons terhadap rangsangan
Ø Susunan sistem penghantar khusus:
1. SA node (pace maker),
di dinding atrium kanan dekat muara vena cava superior
2. AV node,
di dasar atrium ka dekat sekat atrium-ventrikel
3. Berkas HIS,
berkas dr AV node masuk ke septum interventrikel. Berkas His kemudian membagi 2 cabang kanan dan kiri. Cabang kanan berkas mengalirkan arus turun ke sisi kanan septum interventrikular sampai ke abgian apeks ventrikel kanan. Cabang kiri berkas
terbagi 3 : (a) Fasikulus septal, yang akan mendepolarisasikan septum
interventrikularis dari arah kiri ke kanan. (b) Fasikulus anterior,
berjalan di sepanjang permukaan anterior (depan) ventrikel kiri.
(c) Fasikulus posterior, berjalan di sepanjang permukaan posterior
(belakang) ventrikel kiri.
4. Serat purkinje,
serat
yang menyebar ke miokard ventrikel. Merupakan ujung dari perjalanan
cabang berkas kanan dan kiri beserta fasikulus2nya. Berupa serat yang
menyerupai ranting2 kecil pada cabang2 pohon. Fungsinya mengalirkan arus
listrik menuju ke miokardium ventrikel
Ø Mekanisme Penghataran Impuls
1. DEPOLARISASI ATRIUM :
SA node (nodus sinus) akan terangsang scr spontan (tak terlihat dlm
rekaman EKG) gelombang depolarisasi menyebar ke arah luar menuju ke
miokardium atrium (kiri dan kanan) sel-sel miokardium atrium
terdepolarisasi kedua atrium (kiri dan kanan) berkontraksi.
2. MASA JEDA MEMISAHKAN ATRIUM DARI VENTRIKEL :
Gelombang depolarisasi telah menyelesaikan perjalanannya melalui
atrium menemui suatu sawar/ barrier yang disana tdpt AV node AV node
memperlambat konduksi sampai menjadi lambat sekali (istirahat,
berlangsung selama + 1/10 detik). Gunanya supaya atrium menyelesaikan
kontraksinya sebelum ventrikel mulai berkontraksi sehingga memungkinkan
atrium mengosongkan seluruh volume darahnya ke dalam ventrikel sebelum
ventrikel berkontraksi.
3. DEPOLARISASI VENTRIKEL
: Setelah + 1/10 detik, gelombang pendepolarisasi lepas dari AV node
dg cepat menjalar turun di ventrikel sepanjang berkas his sampai ke
serabut purkinje miokardium ventrikel kiri dan kanan terdepolarisasi
ventrikel berkontraksi.
4. REPOLARISASI :
Setelah miokardium berdepolarisasi, sel-sel tersebut mengalami periode
refrakter yang singkat dan selama periode ini sel-sel tersebut kebal
terhadap rangsangan berikutnya sel-sel menjalani repolarisasi
D. Potensial Aksi
Potensial
aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran
sel. Langkah awal pengolahan informasi indra adalah transformasi energi
stimulus menjadi potensial reseptor, lalu menjadi potensial aksi pada
serabut saraf. Pola potensial aksi merupakan kode informasi mengenai
dunia, walaupun kadang-kadang kode yang disampaikan berbeda dari yang
akan disampaikan.
Potensial Aksi Dibagi Menjadi 2 :
I. Potensial Aksi Sel Kontraktil Otot Jantung
· Pembentukan
potensial aksi pada otot jantung kontraktil hampir sama dengan pada
otot rangka. Pada otot jantung, masa refrakter memanjang untuk mencegah
terjadinya kontraksi tetanik.
· Potensial
aksi yang direkam dalam sebuah serabut otot ventrikel, rata-rata
adalah 105 milivolt, maksudnya potensial intrasel tersebut meningkat
dari suatu nilai yang sangat negative, sekitar -85 mV menjadi sedikit
positif kira-kira +20 mV, sepanjang tiap denyut jantung.
· Setelah
terjadi gelombang spike (gelombang naik) yang pertama, membrane tetap
dalam keadaan depolarisasi selama kira-kira 0,2 detik, memperlihatkan
suatu pendataran/plato yang diikuti dengan keadaan repolarisasi yang
terjadi dengan tiba-tiba pada bagian akhir dari plato tersebut. Adanya
plato ini dalam potensial aksi menyebabkan kontraksi ventrikel
berlangsung sampai 15 kali lebih lama daripada kontraksi otot rangka.
Diwaktu istirahat, potensial aksi membrane sel kontraktil adalah sekitar -85 mV. Sewaktu kanal fast Sodium Channel
terbuka, Na+ masuk ke dalam sel dan menyebabkan terjadinya
depolarisasi pada sel kontraktil sehingga dalam waktu singkat potensial
aksi sel kontraktil meningkat mencapai +20 mV. Pada kondisi demikian, fast sodium channel menutup dan slow sodium calcium channel terbuka.
Hal
ini menyebabkan potensial aksi sel sempat menurun namun diikuti
pendataran secara perlahan. Pada saat ini kalsium masuk ke dalam sel
kontraktil dan menyebabkan sel berkontraksi. Setelah sel kontraktil
berkontraksi, maka slow sodium calcium channel menutup dan slow potassium channel terbuka
dan mengakibatkan Kalium keluar dari sel sehingga mengembalikan
kondisi potensial aksi sel menjadi negatif. Pada waktu ini terjadi
proses repolarisasi. Kalsium yang digunakan pasca kontraksi akan
disimpan di bagian reticulum sarkoplasmik dan tubulus T pada sel otot
jantung untuk digunakan kembali.
II. Potensial Aksi Sel Otoritmik Otot Jantung
· Perbedaan sel otoritmik dengan kontraktil adalah fast sodium channelnya akan selalu inaktif atau sudah dihambat sehingga tidak dapat terbuka.
· Dalam
keadaan istirahat, sel serabut nodus mempunyai potensial aksi sekitar
-55 mV. Ketika itu, terjadi kebocoran ion-ion natrium secara alami dari
luar ke dalam sel, hal ini disebabkan karena konsentrasi ion natrium
di luar sel lebih tinggi daripada di dalam, sehingga ada kecendrungan
bagi ion-ion Natrium berdifusi ke dalam sel. Hal ini menyebabkan
potensial aksi di sel otot jantung mengalami kenaikan secara perlahan.
Diwaktu telah mencapai kondisi ambang batas, yakni sekitar -40 mV, slow sodium calcium channel
terbuka dan menyebabkan potensial sel nodus meningkat sampai angka
sekitar 0 mV. Pada saat ini terjadi peristiwa depolarisasi, prosesnya
disebut self-excitation.
· Mengapa
bocornya ion natirum dan kalsium tidak menyebabkan serabut nodus sinus
tetap dalam keadaan depolarisasi sepanjang waktu? Jawab : Setelah
kira-kira 100 sampai 150 milidetik kemudian, pottasium channel (kanal kalium) terbuka disertai dengan penutupan slow sodium calcium channel.
Oleh karena itu, masuknya ion kalsium dan natrium yang bermuatan
positif akan terhenti, sementara pada saat yang sama sejumlah besar ion
kalium yang bermuatan positif akan berdifusi keluar dari serabut. Kedua
hal tersebut mengurangi potensial intrasel sehingga kembali ke tingkat
istirahat yang negative dan karena itu mengakhiri potensial aksi.
· Lebih
lanjut, kanal kalium akan tetap terbuka selama seperbeberapa puluh
detik, menyebabkan berlanjutnya pergerakan muatan positif ke luar dari
sel untuk sementara waktu, sehingga terjadi kenegatifan yang berlebihan di dalam serabut; keadaan ini disebut sebagai hiperpolarisasi.
Pada awalnya, keadaan hiperpolarisasi akan menyebabkan potensial
membrane “istirahat” turun sampai kira-kira -55 hingga -60 milivolt pada
akhir potensial aksi.
· Mengapa
keadaan hiperpolarisasi tidak berlangsung terus menerus? Alasannya
adalah selama seperbeberapa puluh detik sesudah potensial aksi berakhir,
secara bertahap makin lama makin banyak kanal kalium yang menutup.
· Selanjutnya, kebocoran natrium kembali mengulang ritmisitas (keteraturan) pada siklus sel nodus ini.
0 komentar:
Posting Komentar