Sabtu, 05 Mei 2012

Konsep Dasar Perawatan Luka


A.    Definisi
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
B.     Etiologi / Penyebab Luka
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
1.       Trauma
2.       Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
3.       Gigitan binatang atau serangga
4.       Tekanan
5.       Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
6.       Immunodefisiensi
7.       Malignansi
8.       Kerusakan jaringan ikat
9.       Penyakit metabolik, seperti diabetes
10.    Defisiensi nutrisi
11.    Kerusakan psikososial
12.    Efek obat-obatan
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dengan multifaktor.
C.    Jenis-jenis luka
1.      Berdasarkan Kategori
a.      Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril
b.      Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
2.      Berdasarkan integritas kulit
a.      Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi
b.      Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan
3.      Berdasarkan Descriptors
a.      Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar
b.      Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
c.       Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi
d.     Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
4.      Klasifikasi Luka  Bedah
a.      Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi rendah
b.      Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi
c.       Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi
d.     Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
D.    Klasifikasi luka
1.      Berdasarkan penyebab
a.      Luka pembedahan atau bukan pembedahan
b.      Akut atau kronik
2.      Kedalaman jaringan yang terlibat
a.      Superficial
Hanya jaringan epidermis
b.      Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
c.       Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang
E.     Prinsip Dasar Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat. 
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Hemostasis
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti ”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan.
2.      Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu  sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
3.      Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka.  Secara klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah  untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.
4.      Remodeling atau maturasi
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling dapat  membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Fase penyembuhan
Waktu
Sel-sel yang berperan
Analogi membangun rumah
Hemostasis
Inflamation



Proliferation
Granulation




Contracture


Remodeling
Segera
Hari  1-4



Hari  4 – 21








Hari  21 – 2 tahun
Platelets
Neutrophils



Macrophages
Lymphocytes
Angiocytes
Neurocytes


Fibroblasts
Keratinocytes

Fibrocytes
Capping off conduits
Unskilled laborers to clean uap the site

Supervisor Cell
Specific laborers at the site:
Plumber
Electrician

Framers
Roofers and Siders

Remodelers

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang lebih kompleks daripada  regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer, sekunder dan tersier.
Intension Primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1.      Fase Inisial (3-5 hari)
2.      Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel
3.      Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 – 5 hari.
4.      Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )
Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi  proses remodeling. Pergerakan miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau sekunder

0 komentar:

Posting Komentar