1. Anamnesis
a.
Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang
peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal
fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu diperhatikan
adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal,
imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan
sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang
diminum dalam jangka panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko
osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah ppenyakit ginjal,
saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia
menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang
menderita osteoporosis juga perlu dipertanyakan.
b.
Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji
konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada klien dengan kifosis
berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak
atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain.
Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman
selama posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga
perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada pasien.
c.
Pola aktivitas sehari-hari. Pola
aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu
luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan yang
terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah
agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan
memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.
Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah :
a.
Data subyektif :
o
Klien mengeluh nyeri tulang belakang
o
Klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun
o
Klien mengatakan membatasi pergaulannya
karena perubahan yang tampak dan keterbatasan gerak
o
Klien mengatakan stamina badannya
terasa menurun
o
Klien mengeluh bengkak pada pergelangan
tangannya setelah jatuh
o
Klien mengatakan kurang mengerti
tentang proses penyakitnya
o
Klien mengatakan buang air besar susah
dan keras
b.
Data obyektif ;
o
tulang belakang bungkuk
o
terdapat penurunan tinggi badan
o
klien tampak menggunakan penyangga
tulang belakang (spinal brace)
o
terdapat fraktur traumatic pada
vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
o
klien tampak gelisah
o
klien tampak meringis
2. Pemeriksaan fisik
Pada
pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder,
bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada,
apakah pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan
nyeri punggung yang disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi
badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang
3. Pemeriksaan diagnostic
a.
Radiology
b.
CT scan
c.
Pemeriksaan laboratorium
B. DIAGNOSA
1.
Nyeri akut yang berhubungan dengan
dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri
tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur
traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2.
Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) ,
nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan
gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan
terdapat penurunan tinggi badan.
3.
Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak
sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien
mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.
4.
Kurang perawatan diri yang berhubungan
dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada
tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa
lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan
menyebabkan kifosis angular.
5.
Gangguan citra diri yang berhubungan
dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh
penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan
tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).
6.
Gangguan eleminasi alvi yang
berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan
klien mengatakan buang air besar susah dan keras.
7.
Kurang pengetahuan mengenai proses
osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah
persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya,
klien tampak gelisah.
C. INTERVENSI
Dx
|
Tujuan
dan criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
||||
1
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan criteria
hasil:
o klien
dapat mengekspresikan perasaan nyerinya,
o klien
dapat tenang dan istirahat,
o klien
dapat mandiri dalam penanganan dan perawatannya secara sederhana.
|
o Evaluasi
keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk
intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada
tanda vital dan emosi/prilaku).
o Ajarkan
klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
o Dorong
menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan
nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik.
o Kolaborasi
dalam pemberian obat sesuai indikasi.
|
o Mempengaruhi
pilihan/pengawasan keefektifan intervensi.
o alternative
lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres hangat, mengatur posisi untuk
mencegah kesalahan posisi pada tulang/jaringan yang cedera.
o Memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan
koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama.
o diberikan
untuk menurunkan nyeri
|
||||
D. EVALUASI
Hasil
yang diharapkan meliputi :
1.
Nyeri berkurang
2.
Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
3.
Tidak terjadi cedera
4.
Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri
5.
Status psikologis yang seimbang
6.
Menunjukkan pengosongan usus yang
normal
0 komentar:
Posting Komentar