Rabu, 09 Mei 2012

Asuhan Keperawatan Alzheimer


A.    Pengkajian
         Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1.      Anamnesis
a.   Identitas klien
Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50% populasi berusia lebih dari 85tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,nomor register, diagnostik medis.
b.   Keluhan utama
      Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk menerima pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan kelumpuhan gerak ekstermitas.
c.    Riwayat Penyakit Saat ini
Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar sendiri tanpa meminta izin pada anggota keluarga yang lain sehingga sangat meresahkan anggota keluarga yang menjaga klien.
Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari, atau mengenali anggota keluarga.
d.   Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi. Diabetes melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti-ansietas (benzodiazepin), penggunaan obat-obat antikolinergik dalam  jangka waktu yang lama, dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit alzheimer pada usia empat puluhan.
e.      Riwayat penyakit keluarga
Penyebab penyakit alzheimer ditemukan memilki hubungan genetik yang jelas. Diperkirakan 10-30% klien alzheimer familiar (FAD). Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepatt progresifnya penyakit.
f.    Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit alzheimer adalah penurunan kognitif dan penurunan memori (ingatan).
2.      Pemeriksaan fisik
            Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem dan terarah (B1-B6) dengan faktor pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (brain) dan dihubungkan  dengan keluhan dari klien.
      Keadaan Umum
            Klien dengan penyakit alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi brakikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.

B1 (BREATHING)
      Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.
       Inspeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, traktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
       Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.

B2 (BLOOD)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

B3 (BRAIN)
Pengkajian B3(brain) merupakan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.

  Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
Pemeriksaan fungsi serebri.
Status mental:biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek maupun memori jangka panjang.

                     Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I, biasanya pada klien dengan penyakit alzheimer tidak ada kelainann dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II, hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, VI, pada beberapa kasus penyakit alzheimer biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada nervus ini.
Saraf V, wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII, adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X, didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan status kognitif.
Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan tranpezius.
Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra pengecapan normal.

Sistem motorik
         Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
         Tonus otot didapatkan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.

Pemeriksaan refleks
         Pada tahap lanjut penyakit alzheimer, sering didapatkan bahwa klien kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Sistem sensorik
         Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.

B4 (BLADDER)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya, biasanya yang berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien alzheimer. Penurunan reflekss kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postiral. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten denga teknik steril.

B5 (BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena penurunan aktivitas umum, klien sering mengalami konstipasi.

B6 (BONE)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adaanyaa gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

B.         DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
   Diagnosa Keperawatan I
Defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, higiene) yang berhubungan dengan perubahan proses pikir.
Tujuan         : Dalam waktu 2x24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan
                      perawatan diri.
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan
                       merawat diri dan mngidentifikasi personal/keluarga yang dapat
                       membantu.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL.
Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
Klien dalam keadan cemas dan tergantung. Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.
Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan didekat klien agar mampu sendiri mengambilnya.
Klien akan mampu melakukan aktivitas sendiri untuk memenuhi perawatan dirinya.
Modifikasi lingkungan.
Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur baik tempat tidur di rumah sakit dan dirumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain serta mencegah klien mengalami trauma.
Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK. Kemampuan menggunakan urinal, pispot. Antarkan ke kamar mandi billa kondisi memungkinkan.
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalaah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik.
Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi.
Kolaborasi
Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.
Pertolongan pertama terhadap fungsi bowel atau BAB>.
Konsul ke dokter terapi okupasi.
Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

Diagnosa Keperawatan II
Perubahan nutrisi:kurang daari kebutuhan yang berhubungan dengan intake tidak adekuat, perubahan proses pikir
Tujuan          : Dalam waktu 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil : Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan
                      berat badan sesuai dengan pemeriksaan laboratorium.
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi kemampuan makan klien.
Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat obatt-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.
Klien berisiko terjadi aspirasi penurunan refleks batuk.
Observasi/timbang berat badan jika memungkinkan.
Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan menelan.
·      Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk bolus.
·      Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.
·      Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
·      Klien diajarkan untuk meletakkan makanan diatas lidah, menutup bibir dan gigi dan menelan.
·      Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian kesisi lain.
·      Untuk mengontrol saliva, klien dianjurkan untuk menahan kepala tegak dan menbuat keadaan sadar untuk menelan.
·      Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu.
·      Berikan makanan kecil daan lunak.
Meningkaatkan kemapuan klien dalam menelan daan dapat membantu pemenuhan nutrisi klien via oral. Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, mencegah gangguan pada laambung.
Memonitor pemakaian alat bantu.
Pemanasan elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dan klien diizinkan untuk istirahat selama waktu tang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga membantu makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.
Kaji fungsi sistem gastrointestinal yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus misalnya diare, konstipasi.
Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk memasukkan makanan. Vetilator daapat menyebabkan kembung lambung dan perdarahan lambung.
Anjurkan pemberian cairan 2500cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung.
Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar terjadinya konstipasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan seperti serum, transferin, BUN/creatine dan glukosa.
Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.

Diagnosa Keperawatan III
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
Tujuan           :  Dalam waktu 2x24 jam koping individu menjadi efektif.
Kriteria hasil : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat
                       tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan
                       penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan mengabungkan
                       perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri
                       yang negatif.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji perubahan dari gangguan persepsi daan hubungan dengan derajat ketdakmampuan.
Menentukan bantuan individual dalaam menyusun rencana perawatan ataau pemilihan intervensi.
Dukung kemampuan koping.
Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit.
Dukungan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktiff.
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan  menyatakan inilah kematian.
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh.
Klien alzheimer sering merasa maalu, apatis, tidak adekuat,bosan dan merasaa sendiri. Persaan ini dapat disebabkan akibat keadan fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatkan mobilitas).
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari.
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada ada tidak adanya keinginan daan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka seriap hari dan untuk membantu klien mandiri. Apapun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping.
Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal untuk dirinya semaksimal mungkin.
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memepengaruhi proses rehabilitasi.
Dukung perilaku/usaha seperti peningkatan minat  atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan kosentrasi, letargi, dan witdhrawal.
Daapaat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan memerlukan intervensi dam evaluasi lebuh lanjut.
Kolaborasi:
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
Dapat memfasilitasi perubahn peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerjasama fisioterapy, psikoteraphy obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.

Diagnosa Keperawatan IV
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan proses pikir.
Tujuan          : Dalam waktu 2x24 jam terjadi peniingkatan dalam perilaku berkomunikasi
                        yang efektif sesuai dengan kondisi dan keadaan klien.
Kriteria hasil : Membuat teknik/metode komuunikasi yang dapat dimengerti sesuai
                       kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.
Gangguan berbicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit alzheimer. Bicra mereka yang lemah, menoton, halus menuntuk kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakan.
Menentukan cara-cara komunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar, ataupun papan tulis; bahan isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
Memperahankan kontak mata akan membuat klien interes selama komunikasi; jika klien dapat menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau senang dengan isyarst-isyarat sederhana, lebh baik dengan menggunakan pertaanyaan ya atau tidaak.
Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga dapat bekerjasama unttuk membantu memenuhi kebutuhan klien.
Letakkan bel atau lampu panggilan ditempat yang mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya.
Jwab panggial tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
Ketergantungan kllien pada ventilator akan lebih baik, rileks, perasaan aman, dan mengerti bahwa selama menggunakan ventilator, perawat akan memenuhi segala kebutuhannya.
Buatlah catatan dikantor perawat tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara.
Mengingatkan staf perawat untuk berespon dengan klien selama memberikan perawatan.
Buat rekaman pembicaraan klien
Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset secara periodik, hal ini dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien.
Amplifier kecil membantu bila klien mengalami kesultan mendengar.
Anjurkan keluarga atau orang lain yang dekat denga klien untuk berbicara dengan klien, memberikan informasi tentang keluraganya dan keadaan yang sedang terjadi.
Keluarga dapat merasakaan akrab dengan berada dekat klien selama berbicara, dengan pengalaman ini dapat membantu atau mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.
Kolaborasi dengan ahli bicara bahasa.
Ahli terapi bicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk  mengembangkan metode komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.

0 komentar:

Posting Komentar