Kamis, 10 Mei 2012

Hipertensi


A.   Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 14 mmHg dan tekanan darah sistolik  ≥ 90 mmHg, atau bila memakai obat antihipertensi. Hipertensi merupakan faktor utama terjadinya penyakit kardiovaskular. Peningkatan tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi  curah jantung dan tahanan perifer mempunyai peranan terhadap peningkatan curah jantung dan tahanan perifer mempunyai peranan terhadap peningkatan curah jantung diikuti dengan kenaikan tahanan perifer.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawatmengakibatkan kematian ke=arena payah jantung,infark miokardium, stroke, atau gagal ginjal.
Namun deteksi dini dan perawatan hipertensi yang efektif dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas. Dengan demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti penting dalam perawatan hipertensi. Tampaknya faktor utama yang berperan dalam patofisiologi hipertensi adalah faktor genetik herediter disertai paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan garam, stres dan obesitas.
Disamping faktor-faktor  tersebut, dari penelitian epidemiologi didapatkan bahwa kalsium, magnesium, asupan lemak dan alkohol juga mempunyai peranan dalam peningkatan tekanan darah. Efek kalsium terhadap tekanan darah mempunyai hubungan yang terbalik seperti efek kalium. Individu dengan asupan kalsium yang rendah mempunyai kecendrungan menderita hipertensi.
Magnesium juga mempunyai efek yang sama dengan kalsium, asupan yang rendah dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya asupan magnesium yang tinggi dapat menurunkan tekanan darah.  

B.   Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala yang klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi anti hipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor-faktor psikososial lingkungan (keluarga,pekerjaan dansebagainya).
Dalam pemeriksaan fisik  dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotid, pembesaran vena, atau kelenjar tiroid.
C.   Klasifikasi
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi
Sistolik mmHg
Diastolik mmHg
Normotensi
Hipertensi ringan
Hipertensi perbatasan
Hipertensi sedang dan berat
Hipertensi sistolik terisolasi
Hipertensi sistolik perbatasan
< 140
140 – 180
140 - 160
> 180
> 140
140 - 160
< 90
90 – 105
90 – 95
> 105
< 90
< 90

D.   Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Langkah-langkah yang dianjurkan untuk :
·         Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥27)
·         Membatasi alkohol
·         Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
·         Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/6 gr NaCl/hari)
·         Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
·         Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
·         Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

E.   Interaksi/Efek Samping Obat
1.    Diuretik
·         Spironolakton (aldactone) adalah potasium sparing
·         Thiazides (furosemide/lasix) mengeluarkan kalium oleh karena itu pada penggunaannya dibutuhkan suplementasi. Penggunaan obat ini dapat menyebabkan terjadinya diare
2.    Antihipertensi
Penggunaan reserpin (serpasil) harus disertai pembatasan natrium. Sebaiknya minum obat bersamaan dengan makanan
3.    Captopril (capoten) dapat mempengaruhi kadar ureum dan kretinin serum. Sebaiknya minum obat 1 jam sebelum makan. Batasi natrium dan kalori 
4.    Amiloride (moduretic) suat antihipertensi dan diuretik. Penggunaanya perlu disertai dengan diet pembatasan natrium dan kalori
5.    Clonidine (catapres) penggunaannya harus disertai dengan diet rendah kalori dan natrium. Dapat menyebabkan mulut kering, mual, muntah dan odem
6.    Prazosin (minipres) dapat mnyebabkan mual, anoreksia, diare atau konstipasi dan kenaikan berat badan
7.    Pemberian Propanolol (inderal), rauwolfia (raudixin) dan metoprolol (lopresor) dan disertaidengan diet rendah kalori dan natrium

0 komentar:

Posting Komentar