A.
Definisi Gagal Ginjal Kronik
Ginjal merupakan organ yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan komposisi kimia semua cairan tubuh. Bila terjadi kegagalan, maka
sulit mengontrol kandungan natrium, kalium, nitrogen dengan produk metabolisme
tubuh. Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang cukup berat
terjadi berangsur dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Salah
satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi glomerulus
(GFR). GFR memberikan gambaran menurunnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal. Pada GGK
dapat diketahui jika Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 25 ml/menit
(Sidabutar, 1992).
B.
Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis
kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai peyebab. Adapun
penyebab gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1.
Infeksi saluran kemih (Pielonefritis dan
nefropati refluks).
Secara
mikrobiologi infeksi saluran kemih terjadi jika terdapat bakteriuria yang
bermakna (mikroorganisme patogen 105/ml urine). infeksi saluran
kemih dibagi dalam dua sub kategori besar:
a.
Infeksi saluran kemih bawah : uretritis,
sistitis, prostatitis
b.
Infeksi saluran kemih atas : pielonefritis
akut
2. Glomerulonefritis
Glomerulunefritis
merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Hal ini dapat diketahui dengan
adanya proteinuri dan hematuria. Meskipun awalnya hanya ditemukan lesi pada
glomerulus tetapi akan berlanjut pada seluruh nefron yang dapat menyebabkan
gagal ginjal kronik (Sylvia A. Price dan Loraine M. Wilson, 1995).
3. Hipertensi
Hipertensi
dan GGK memiliki kaitan yang erat. Hipertensi merupakan penyakit primer dan
menyebabkan kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit GGK dapat menyebabkan
hipertensi melalui mekanisme retensi natrium dan air, pengaruh vasopresor dari
sistem renin-angiotensin, dan mungkin pula melalui defisiensi prostaglandin.
4. Gangguan kongenital dan herediter
Asidosis
tubulus ginjal dan penyakit polikistik ginjal merupakan gangguan herediter yang
terutama mengenai tubulus ginjal.
a.
Penyakit ginjal polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PGPK) ditandai dengan kista-kista multipel,
bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar dan terisi oleh
kelompokan kista-kista yang menyerupai anggur. Kista-kista tersebut terisi leh
cairan jernih atau hemoragik.
b.
Asidosis tubulus ginjal
Asidosis Tubulus Ginjal (ATG) menunjukkan suatu kelompok gangguan dimana
terdapat gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan
HCO3- dalam kemih walaupun GFR yang memadai
dipertahankan. Akibatnya timbul asidosis metabolik. ATG dapat bersifat
herediter atau didapat
5. Penyakit metabolik
a.
Diabetes Mellitus
Nefropati diabetika merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang umum
pada pederita diabetes mellitus.kira-kira 50% penderita DM tipe 1 (IDDM) dan 6%
NIDDM mengalami gagal ginjal. Selang waktu untuk menjadi uremia pada penderita
diabetes berkisar sekitar 20 tahun.
Lesi ginjal yang sering dijumpai adalah nefropati akibat lesi pada
arteriola, pielonefritis dan nekrosis papila ginjal dan glomerulosklerosis.
Glomerulosklerosis nodular merupakan suatu tanda patognomonik unuk diabetes.
Retinopati diabetika, yang ditandai oleh mikroaneurisma di sekitar makula
hampir selalu mendahului glomerulosklerosis diabetika. Proteinuria, hipertensi
dan meningkatnya insidens pielonefritis seringkali mendahului gagal ginjal
tahap akhir.
b.
Gout
Gout merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai hiperurisemia.
Penyakit ini memiliki dua bentuk. Gout primer merupakan suatu gangguan metabolisme
asam urat herediter (90% menyerang pria). Gout sekunder mungkin timbul akibat
peningkatan produksi asam urat pada keadaan seperti leukemia, polisitemia vera,
atau mieloma multipel, atau dapat juga diakibatkan oleh pengurangan ekskresi
asam urat seperti yang ditemui pada gagal ginjal ronik.
c.
Hiperparatiroidisme
Hiperparathiroidisme primer sebagai akibat hipersekresi hormon paratiroid.
Penyakit ini menyebabkan nefrokalsinosis dan selanjutnya menyebabkan gagal
ginjal. Penyebab yang paling sering adalah adenoma kelenjar paratiroid
6. Nefropati Toksis
Ginjal
khususnya rentan terhadap efek toksik, obat-obatan dan bahan-bahan kimia karena
alasan-alasan berikut (Sylvia A. Price dan Loraine M. Wilson, 1995):
a. Ginjal menerima 25% dari curah jantung
sehingga sering dan mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah besar
b. Interstisium yang hiperosmotik memungkinkan
zat kimia dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskular
c. Ginjal merupakan jalur ekskresi obligatrik
untuk kebanyakan obat, sehingga insufisiensi ginjal menyebabkan penimbunan obat
dan meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus.
Kerusakan
ginjal terjadi akibat konsumsi dari kombinasi aspirin dan fenasetin karena
insufisiensi ginjal jarang terjadi pada penderita yang menelan aspirin,
fenasetin, dan asetaminofen saja. Biasanya diperlukan 2 sampai 3 kg aspirin dan
fenasetin untuk menimbulkan penyakit ginjal secara klinis
C.
Masalah-Masalah Khusus Pada Gagal Ginjal Kronik
1. Ketidakseimbangan kalium
Hipokalemia dapat menyertai poliuri pada gagal ginjal kronik dini, terutama
pada penyakit-penyakit tubulus seperti pielonefritis kronik. Akan tetapi
hiperkalemia selalu akan timbul bila pasien mengalami oliguria pada gagal
ginjal kronik. Pembatasan kalium dari makanan, polisteren sulfonat dan
sorbitol, furosemid dosis tinggi digunakan untuk menurunkan kalium.
2. Ketidakseimbangan Natrium
Pada pasien gagal ginjal kronik, kehilangan kemampuan ginjal dalam ekskresi
natrium. Pada insufisiensi ginjal dini, dimana terjadi poliuri, terjadi
kehilangan natrium karena peningkatan beban solut pada nefron yang utuh.
Retensi natrium dan air dapat mengakibatkan beban sirkulasi berlebihan, edema,
hipertensi dan gagal jantung kongestif.
3. Asidosis metabolik
Pada penderita gagal ginjal kronik, terjadi penurunan fungsi ginjal.
Sehingga trdapat pembentukan anion dari asam lemah dalam cairan tubuh yang
tidak diekskresi oleh ginjal. Selain itu, penurunan laju filtrasi glomerulus mengurangi
ekskresi fosfat dan NH4+, yang mengurangi jumlah
bikarbonat yang ditambahkan kembali ke dalam cairan tubuh (Guyton dan Hall,
1997). Biasanya diberikan Natrium bikarbonat untuk pengobatan asidosis (Lanny
Lestiani S, 2001)
4. Hiperurisemia
Pada stadium dini gagal ginjal kronik, timbul gangguan ekskresi ginjal
sehingga kadar asam urat meningkat. Allopurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg,
apabila kadar asam urat > 10 mg/dl atau bila terdapat riwayat gout.
5. Hipermagnesemia
Magnesium merupakan kation intrasel dan terutama diekskresi oleh ginjal.
Pada pengerita gagal ginjal kronik mengalami penurunann kemampuan ekskresi
magnesium. Tetapi biasanya, hipermagnesia bukan masalah serius karena akan
menurun akibat anoreksia, berkurangnya masukan protein, dan penurunan absorbsi
dan saluran cerna.
6. Azotemia
Adanya peningkatan ureum dan kreatinin merupakan tanda gagal ginjal
terminal dan menyertai sindrome uremik. Beberapa zat yang timbul akibat uremia
bersifat racun adalah guanidin, fenol, amin, urat, kreatinin, asam hidroksi
aromatik, dan indikan. Beberapa senyawa ini bertindak sebagai penghambat enzim
yang kuat.
7. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfor
Jika GFR < 25% maka fosfat akan ditahan oleh ginjal. Retensi
fosfat menyebabkan penurunan kadar kalsium serum. Keadaan azotemia juga
mengganggu pengaktifan vitamin D oleh ginjal yang diperlukan untuk anbsorbsi
kalsium dari usus. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya hipokalsemia.
Hipokalsemia merangsang kelenjar parathyroid untuk mengeluarkan PTH, yang
menyebabkan resorpsi kalsium dan fosfat tulang, meningkatkan ekskresi fosfat
dan mengaktifkan vitamin D oleh ginjal.
Lihat Juga Tentang Asupan Nutrisi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Lihat Juga Tentang Asupan Nutrisi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
0 komentar:
Posting Komentar