Obesitas
didefinisikan suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Secara klasik obesitas
telah diidentifikasikan sebagai bobot yang lebih besar dari 20% bobot yang
layak bagi pria dan wanita untuk tinggi tertentu. Ahli gizi juga ada yang
membuat kriteria sedikit berbeda dimana seseorang dikatakan menderita obesitas
bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20%
dari berat badan ideal menurut umurnya. Adanya perbedaan ini disebabkan karena
pertimbangan lemak perbobot tubuh total pada wanita lebih besar daripada pria.
Obesitas tidak mempunyai penyebab tunggal, tetapi merupakan gambaran berbagai
keadaan dengan latar belakang etiologi atau sejarah kejadian yang berbeda (Agus
Krisno Budiyanto, 2002).
Selain itu, menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) obesitas adalah keadaan patologis
dengan terdapatnya peimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan
untuk fungsi tubuh. Masalh gizi karena kelebihan kalori biasanya disertai
kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam, tetapi terjadinya
kelebihan serat dan mikro-nutrien, yang kelak dapat merupakan faktor resiko
untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik, dan berbagai jenis
penyakit keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lainnya.
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan
energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau
pemakaian energi. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Pada keadaan normal jaringan lemak ditimbun dalam beberapa tempat
tertentu, diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus (omentum). Pada wanita terdapat tempat
penimbunan jaringan lemak khusus yang memberikan bentuk khas feminim, misalnya
di daerah glutal (pantat) dan didaerah dada dan bahu (Gambar 2-B). Jaringan
lemak subkutan didaerah dinding perut bagian depan mudah terlihat menebal pada
pasien obesitas (Gambar 2-A) (Agus Krisno Budiyanto, 2002).
B. Etiologi
Obesitas
Faktor yang
menentukan terjadinya obesitas antara lain herediter, bangsa atau suku,
gangguan emosi dan gangguan hormon (Arif Mansjoer, dkk 2000). Lebih lanjut Agus
Krisno Budiyanto (2002) menerangkan bahwa terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhi terjadinya obesitas twrhadap seseorang, yaitu:
1. Aspek gizi
Ditinjau dari segi gizi seseorang yang menderita obesitas
mengalami kelebihan energi, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sudah terpenuhi
seperti karbohidrat, protein dan lemak. Kelebihan energi di dalam tubuh diubah
menjadi lemak dan ditimbun pada tempat-tempat tertentu. Jaringan lemak ini
merupakan jaringan yang relatif inaktif, tidak langsung berperan serta dalam
kerja tubuh.
2. Aspek ekonomi
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa obesitas
tidak hanya terjadi akibat kelebihan karbohidrat tetapi juga lemak. Akhir-akhir
ini banyak makanan siap saji, seperti hamburger, fried chicken, hot dog dan
lain-lain. Makanan seperti itu relatif mahal dan kebanyakan yang mengkonsumsi
adalah masyarakat golongan ekonomi menengah keatas. Dari segi kesehatan makanan
siap saji akan mengganggu kesehatan, karena banyak mengandung kadar lemak
tinggi terutama kolesterol yang terdapat dalam daging. Jika tubuh kita terlalu
banyak mengkonsumsi lemak, karbohidrat maka akan mnyebabkan kegemukan karena
lemak dan karbohidrat akan ditimbun oleh tubuh dalam jaringan tertentu.
3. Aspek sosial dan budaya
Masyarakat Indonesia mempunyai pola makan yang berbeda
dengan orang Barat. Pada masyarakat Indonesia porsi makanannya lebih banyak
karbohidrat dan lemak daripada protein. Berbeda dengan orang Jepang, yang lebih
banyak mengkonsumsi protein terutama dari ikan laut. Kebiasaan lain yang masih
melekat adalah ngemil, hal ini akan
mempengaruhi berat badan.
C. Klasifikasi
Obesitas
Menurut Arif
Mansjoer, dkk (2000), berdasarkan etiologinya umumnya obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas primer: disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makanan berlebih dibanding
dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh.
2. Obesitas sekunder: yang disebabkan adanya penyakit/kelainan konginental
(nielodisplasia), endokrin (sindrom Chusing, sindrom Freulich, sindrom Mauriac,
pseudoparatiroidisme) atau kondisi lain (sindrom Klinefelter, sindrom Turner,
sindrom Down, dll).
Sedangkan,
berdasarkan patogenesisnya obesitas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.
Regulatory obesitasity: gangguan primernya berada pada pusat yang mengatur
masukan makanan
2.
Obesitas metabolik: kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat.
Berikut ini adalah klasifikasi obesitas berdasarkan hasil
pengukuran BB/TB dan BB:
Tabel 6. Klasifikasi Obesitas Berdasarkan Hasil Pengukuran BB/TB dan BB
Kategori
|
BB/TB
|
BB/TB2
|
Obesitas ringan / derajat I
Obesitas sedang / derajat II
Obesitas berat / derajat III
Obesitas super (morbid)
|
120 – 135
135 – 150
150 – 200
> 200
|
25 – 29,9
30 – 40
> 40
|
D. Komplikasi
Obesitas
Menurut Agus Krisno Budiyanto (2002), terdapat beberapa
penyakit yang prevalensinya meningkat pada orang-orang yang menderita obesitas,
sepert penyakit kardiovaskuler juga termasuk hipertensi, diabetes mellitus,
aterosklerosis, penyakit jantung dan lain-lain.
1.
Aterosklerosis
Aterosklerosis ditandai penimbunan lemak yang progresif
lambat pada dinding arteri yang dapat mengurangi/memblokir sama sekali aliran
darah ke jaringan.
2.
Penyakit jantung
Penyakit obesitas memberikan gejala kelebihan jaringan
lemak di dalam tubuh, tetapi sebab sebenarnya kelebihan konsumsi energi
dibandingkan kebutuhan. Kelebihan konsumsi energi dalam bentuk karbohidrat
memberikan sintesa Acetil-CoA yang berlebihan dan ini menyebabkan sintesa
kolesterol meningkat. Karena itu pada orang yang mengalami obesitas terdapat
kolesterol darah yang tinggi. Obesitas juga menurunkan kolesterol HDL, sehingga
menyebabkan penyakit jantung.
Komplikasi obesitas pada kehidupan adalah bahwa obesitas menyimpan tekanan
ekstra berat pada badan. Rangka harus mengikuti berat ekstra dan hati harus
bekerja lebih keras lagi. Kegemukan pada seseorang diikuti oleh masalah
psikologi dan problem sosial. Obesitas pada seseorang, mempunyai resiko tinggi
pada perkembangan penyakit kronis, Dabetes mellitus tipe 2 (NIDDM), hipertensi,
serangan jantung, osteoarthritis, dan kanker uterus. NRC melaporkan bahwa
standar baru untuk komposisi badan diambil dari perhitungan dimana lemak
disimpan dalam tubuh. Pada badan bagian atas atau area abdominal disebut
Androd (seperti bentuk apel, Gambar 2-A). Kenampakanannya membawa resiko pada
penyakit kronis. Lawannya, kenaikan lemak pada daerah pinggul dan paha disebut
Ginesoid (Seperti bentuk pear, Gambar 2-B).
E. Penatalaksanaan Obesitas
Dasar terapi dan
prevensi penyakit obesitas adalah memperhatikan keseimbangan antara
makanan yang dikonsumsi dan kebutuhan energi dalam tubuh. Jadi konsumsi energi
harus dikurangi dan kegiatan otot ditingkatkan, agar kelebihan jaringan lemak
sebagai bentuk timbunan energi menjadi kurang. Pengurangan berat badan harus
dilakukan secara berangsur-angsur, jangan terlalu drastis, karena akan
memberikan gejala-gejala sampingan yang merugikan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan
untuk mengurangi terjadinya obesitas, yaitu:
1.
Olah raga
Dengan memperbanyak olah raga maka organ tubuh kita akan
bekerja dengan keras, sehingga lemak yang ditimbun dalam tubuh akan dibongkar
untuk menggantikan energi yang hilang akibat olah raga tersebut. Dengan
demikian maka berat badan seseorang akan berkurang dan kegemukan tidak akan
terjadi.
2.
Mengurangi konsumsi lemak
Dengan mengurangi konsumsi lemak maka akan memberikan
manfaat berkurangnya jaringan lemak yang tidak aktif dalam tubuh. Disamping itu
dengan mengurangi konsumsi lemak terutama lemak jenuh kan mencegah kita terkena
penyakit jantung dan aterosklerosis.
3.
Lebih banyak mengkonsumsi protein
Protein dalam tubuh sangat besar fungsinya, disamping
sebagai penghasil energi protein juga berfungsi sebagai zat gizi pembangun.
Protein lebih tahan lama tinggal dilambung karena tidak dihidrolisis dengan gas
seperti karbohidrat yang mudah sekali terhidrolisis dengan gas. Dengan banyak
mengkonsumsi protein, maka seseorang tidak akan sering makan karena masih
keyang. Ini menguntungkan untuk mencegah terjadinya obesitas.
4.
Banyak mengkonsumsi serat makanan.
Dengan mengkonsumsi serat akan membantu tubuh melancarkan
feses yang akan dibuang, dan membantu mencegah berbagai penyakit yang lain.
Sumber serat makanan yang baik adalah dari golongan serealia, sayur-sayuran dan
beberapa buah-buahan.
0 komentar:
Posting Komentar