Minggu, 29 April 2012

Obesitas

A.    Definisi Obesitas
Obesitas didefinisikan suatu kelebihan lemak  dalam tubuh. Secara klasik obesitas telah diidentifikasikan sebagai bobot yang lebih besar dari 20% bobot yang layak bagi pria dan wanita untuk tinggi tertentu. Ahli gizi juga ada yang membuat kriteria sedikit berbeda dimana seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya. Adanya perbedaan ini disebabkan karena pertimbangan lemak perbobot tubuh total pada wanita lebih besar daripada pria. Obesitas tidak mempunyai penyebab tunggal, tetapi merupakan gambaran berbagai keadaan dengan latar belakang etiologi atau sejarah kejadian yang berbeda (Agus Krisno Budiyanto, 2002).
            Selain itu, menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya peimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Masalh gizi karena kelebihan kalori biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam, tetapi terjadinya kelebihan serat dan mikro-nutrien, yang kelak dapat merupakan faktor resiko untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik, dan berbagai jenis penyakit keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lainnya.
            Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal jaringan lemak ditimbun dalam beberapa tempat tertentu, diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus (omentum). Pada wanita terdapat tempat penimbunan jaringan lemak khusus yang memberikan bentuk khas feminim, misalnya di daerah glutal (pantat) dan didaerah dada dan bahu (Gambar 2-B). Jaringan lemak subkutan didaerah dinding perut bagian depan mudah terlihat menebal pada pasien obesitas (Gambar 2-A) (Agus Krisno Budiyanto, 2002).

B.     Etiologi Obesitas
Faktor yang menentukan terjadinya obesitas antara lain herediter, bangsa atau suku, gangguan emosi dan gangguan hormon (Arif Mansjoer, dkk 2000). Lebih lanjut Agus Krisno Budiyanto (2002) menerangkan bahwa terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi terjadinya obesitas twrhadap seseorang, yaitu:
1.    Aspek gizi
Ditinjau dari segi gizi seseorang yang menderita obesitas mengalami kelebihan energi, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sudah terpenuhi seperti karbohidrat, protein dan lemak. Kelebihan energi di dalam tubuh diubah menjadi lemak dan ditimbun pada tempat-tempat tertentu. Jaringan lemak ini merupakan jaringan yang relatif inaktif, tidak langsung berperan serta dalam kerja tubuh.
2.    Aspek ekonomi
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa obesitas tidak hanya terjadi akibat kelebihan karbohidrat tetapi juga lemak. Akhir-akhir ini banyak makanan siap saji, seperti hamburger, fried chicken, hot dog dan lain-lain. Makanan seperti itu relatif mahal dan kebanyakan yang mengkonsumsi adalah masyarakat golongan ekonomi menengah keatas. Dari segi kesehatan makanan siap saji akan mengganggu kesehatan, karena banyak mengandung kadar lemak tinggi terutama kolesterol yang terdapat dalam daging. Jika tubuh kita terlalu banyak mengkonsumsi lemak, karbohidrat maka akan mnyebabkan kegemukan karena lemak dan karbohidrat akan ditimbun oleh tubuh dalam jaringan tertentu.
3.    Aspek sosial dan budaya
Masyarakat Indonesia mempunyai pola makan yang berbeda dengan orang Barat. Pada masyarakat Indonesia porsi makanannya lebih banyak karbohidrat dan lemak daripada protein. Berbeda dengan orang Jepang, yang lebih banyak mengkonsumsi protein terutama dari ikan laut. Kebiasaan lain yang masih melekat adalah ngemil, hal ini akan mempengaruhi berat badan.  

C.    Klasifikasi Obesitas
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2000), berdasarkan etiologinya umumnya obesitas dibagi menjadi:
1.  Obesitas primer: disebabkan faktor nutrisi dengan  berbagai faktor yang dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makanan berlebih dibanding dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh.
2.   Obesitas sekunder: yang disebabkan adanya penyakit/kelainan konginental (nielodisplasia), endokrin (sindrom Chusing, sindrom Freulich, sindrom Mauriac, pseudoparatiroidisme) atau kondisi lain (sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Down, dll).
Sedangkan, berdasarkan patogenesisnya obesitas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.      Regulatory obesitasity: gangguan primernya berada pada pusat yang mengatur masukan makanan
2.      Obesitas metabolik: kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat.

Berikut ini adalah klasifikasi obesitas berdasarkan hasil pengukuran BB/TB dan BB:
Tabel 6. Klasifikasi Obesitas Berdasarkan Hasil Pengukuran BB/TB dan BB
Kategori
BB/TB
BB/TB2
Obesitas ringan / derajat I
Obesitas sedang / derajat II
Obesitas berat / derajat III
Obesitas super (morbid)
120 – 135
135 – 150
150 – 200
> 200
25 – 29,9
30 – 40
> 40

D.    Komplikasi Obesitas
Menurut Agus Krisno Budiyanto (2002), terdapat beberapa penyakit yang prevalensinya meningkat pada orang-orang yang menderita obesitas, sepert penyakit kardiovaskuler juga termasuk hipertensi, diabetes mellitus, aterosklerosis, penyakit jantung dan lain-lain.
1.      Aterosklerosis
Aterosklerosis ditandai penimbunan lemak yang progresif lambat pada dinding arteri yang dapat mengurangi/memblokir sama sekali aliran darah ke jaringan.
2.      Penyakit jantung
Penyakit obesitas memberikan gejala kelebihan jaringan lemak di dalam tubuh, tetapi sebab sebenarnya kelebihan konsumsi energi dibandingkan kebutuhan. Kelebihan konsumsi energi dalam bentuk karbohidrat memberikan sintesa Acetil-CoA yang berlebihan dan ini menyebabkan sintesa kolesterol meningkat. Karena itu pada orang yang mengalami obesitas terdapat kolesterol darah yang tinggi. Obesitas juga menurunkan kolesterol HDL, sehingga menyebabkan penyakit jantung.
            Komplikasi obesitas pada kehidupan adalah bahwa obesitas menyimpan tekanan ekstra berat pada badan. Rangka harus mengikuti berat ekstra dan hati harus bekerja lebih keras lagi. Kegemukan pada seseorang diikuti oleh masalah psikologi dan problem sosial. Obesitas pada seseorang, mempunyai resiko tinggi pada perkembangan penyakit kronis, Dabetes mellitus tipe 2 (NIDDM), hipertensi, serangan jantung, osteoarthritis, dan kanker uterus. NRC melaporkan bahwa standar baru untuk komposisi badan diambil dari perhitungan dimana lemak disimpan  dalam tubuh. Pada badan bagian atas atau area abdominal disebut Androd (seperti bentuk apel, Gambar 2-A). Kenampakanannya membawa resiko pada penyakit kronis. Lawannya, kenaikan lemak pada daerah pinggul dan paha disebut Ginesoid (Seperti bentuk pear, Gambar 2-B).

E.     Penatalaksanaan Obesitas
Dasar terapi dan prevensi penyakit obesitas adalah memperhatikan keseimbangan antara  makanan yang dikonsumsi dan kebutuhan energi dalam tubuh. Jadi konsumsi energi harus dikurangi dan kegiatan otot ditingkatkan, agar kelebihan jaringan lemak sebagai bentuk timbunan energi menjadi kurang. Pengurangan berat badan harus dilakukan secara berangsur-angsur, jangan terlalu drastis, karena akan memberikan gejala-gejala sampingan yang merugikan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya obesitas, yaitu:
1.      Olah raga
Dengan memperbanyak olah raga maka organ tubuh kita akan bekerja dengan keras, sehingga lemak yang ditimbun dalam tubuh akan dibongkar untuk menggantikan energi yang hilang akibat olah raga tersebut. Dengan demikian maka berat badan seseorang akan berkurang dan kegemukan tidak akan terjadi.
2.      Mengurangi konsumsi lemak
Dengan mengurangi konsumsi lemak maka akan memberikan manfaat berkurangnya jaringan lemak yang tidak aktif dalam tubuh. Disamping itu dengan mengurangi konsumsi lemak terutama lemak jenuh kan mencegah kita terkena penyakit jantung dan aterosklerosis.
3.      Lebih banyak mengkonsumsi protein
Protein dalam tubuh sangat besar fungsinya, disamping sebagai penghasil energi protein juga berfungsi sebagai zat gizi pembangun. Protein lebih tahan lama tinggal dilambung karena tidak dihidrolisis dengan gas seperti karbohidrat yang mudah sekali terhidrolisis dengan gas. Dengan banyak mengkonsumsi protein, maka seseorang tidak akan sering makan karena masih keyang. Ini menguntungkan untuk mencegah terjadinya obesitas.
4.      Banyak mengkonsumsi serat makanan.
Dengan mengkonsumsi serat akan membantu tubuh melancarkan feses yang akan dibuang, dan membantu mencegah berbagai penyakit yang lain. Sumber serat makanan yang baik adalah dari golongan serealia, sayur-sayuran dan beberapa buah-buahan.

0 komentar:

Posting Komentar