Minggu, 29 April 2012

Kanker Payudara

         A.    Definisi dan Prefalensi
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 65 tahun. Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu masih lokal (in situ) atau yang lebih sering adalah telah menyebar (maligna). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan biasanya timbul di duktus. Risiko bahwa seseorang wanita di Amerika Serikat akan mengidap kanker payudara pada suatu saat selama hidupnya adalah sekitar satu per delapan. Insidens kanker payudara meningkat seiring usia, dan dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon dan lingkungan. Pria dapat terjangkit kanker payudara walaupun angka kejadiannya rendah (Corwin, 2001).
Kanker Payudara ternyata juga merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer, dkk, 2000).
B.     Etiologi
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) etiologi dari kanker payudara belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:
1.      Umur > 30 tahun
2.      Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun
3.      Tidak kawin dan nulipara
4.      Usia menars < 12 tahun
5.      Usia menopause > 55 tahun
6.      Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak payudara
7.      Terapi hormonal lama
8.      Mempunyai kanker payudara kontralateral
9.      Pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
10.  Pernah mengalami radiasi di daerah dada
11. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan ayah, saudara perempuan, adik/kakak
12. Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas
Lebih lanjut Corwin (2001) menyatakan bahwa faktor resiko kuat untuk kanker payudara adalah riwayat adanya penyakit ini pada keluarga dekat (saudara perempuan atau ibu). Salah satu dari beberapa gen untuk kanker payudara familial telah berhasil diidentifikasi dan tampaknya diwariskan sebagai suatu sifat dominan-otosom. Wanita yang mewarisi sebuah gen untuk kanker payudara biasanya mendapar penyakit tersebut pada usia yang lebih dini daripada wanita yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Gen-gen untuk kanker payudara dapat dibawa dan diwariskan oleh kedua orang tua.
Pajanan estrogen seumur hidup berkaitan dengan pembentukan kanker payudara. Wanita yang mengalami menarke dini dan menopause lanjut memiliki resiko yang lebih besar. Usia menarke dan menopause dipengaruhi oleh faktor genetik. Tidak atau terlambat memiliki anak juga meningkatkan resiko kanker payudara, demikian juga terapi penggantian estrogen bagi sebagian wanita. Penyakit fibrokistik payudara yang ditandai oleh hiperplasia epitel juga meningkatkan resiko. Diet tinggi lemak dan konsumsi alkohol juga dikaitkan dengan kanker payudara. Proteksi terhadap kanker payudara dapat diusahakan dengan diet kaya buah-buahan dan sayuran berwarna, olah raga teratur dan kontrol berat badan (Corwin, 2001).
C.    Gejala atau Tanda
Gejala atau tanda adanya kanker payudara menurut Corwin (2001) antara lain:
1.      Benjolan atau massa yang tidak nyeri di payudara. Sebagian besar kanker timbul di kuadran atas lateral payudara (50 %) atau dibagian tengah (20 %). Benjolan biasanya terfiksasi (tidak dapat digerakkan) dengan batas ireguler. Benjolan bersifat unilateral dan biasanya tidak memperlihatkan variasi ukuran dengan daur haid.
2.      Retraksi puting payudara, pengeluaran rabas dari puting atau kerutan pada jaringan payudara mungkin mengisyaratkan  adanya kanker payudara.
3.      Pembesaran kalenjar getah bening.
Hal ini sejalan dengan pendapat Arif Mansjoer, dkk (2000) dimana pasien dengan kanker payudara biasanya datang dengan keluhan benjolan/massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dumpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange), pembesaran kalenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak serta dalam anamnesa juga ditanyakan adanya faktor-faktor resiko pada pasien dan pengaruh siklus haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor. Untuk meminimalkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sebaiknya pemeriksaan dilakukan 1 minggu dihitung dari hari pertama haid. Teknik pemeriksaan fisik kanker payudara adalah sbb:
1.      Posisi duduk:
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksa berdiri di depan dalam posisi sama tinggi.  Perhatikan keadaan payudara kanan dan kiri apakah simetris atau tidak.; adakah kelainan papila, letak dan bentuknya, retraksi puting susu, kelainan kulit berupa dumpling, ulserasi, peau d’orange atau tanda-tanda radang. Lakukan juga dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat apakah ada bayangan tumor dibawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.
2.      Posisi berbaring:
Sebaiknya dengan punggung diganjal bantal, lakukan palpasi mulai dari kranial setinggi iga ke-2 sampai distal setinggi iga ke-6, serta daerah subaerolar dan papila atau dilakukan secara sentrifugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papila untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Tetapkan keadaan tumornya, yaitu lokasi tumor berdasarkan kuadrannya; ukuran, konsistensi, batas tegak atau tidak; dan mobilitas terhadap kulit, otot pektoralis atau dinding dada.
3. Pemeriksaan KGB regional di daerah:
a. Aksila, yang ditentukan kelompok kalenjar; mamaria eksterna di anterior, dibawah tepi otot pektoralis; subskapular di posterior aksila; sentral di pusat aksila; dan apikal di ujung atas fasia aksilaris.
b. Supra dan infraklavikula, serta KGB leher utama.
4.      Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis yaitu hepar, lien, tulang belakang dan paru. Metastasis jauh dapat bergejala sbb:
a. Otak: nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis.
b.      Paru: efusi, sesak napas.
c.       Hati: kadang tanpa gejala, massa ikterus obstruksi.
d.     Tulang: nyeri, patah tulang.
D.    Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa mioma uteri menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) diantaranya adalah:
1)      Ultrasonografi (USG) payudara
2)      Mammografi
3)      Aspirasi jarum halus (FNAB)
Sedangkan untuk menentukan metastasis dapat dilakukan:
1)      foto toraks
2)      bone survey
3)      USG abdomen/hepar.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer atau sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya paipla dan aerola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak dibelakang mamma, dan adanya metastasis ke kalenjar. Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.
E.     Diagnosis
Menurut Arif Mansjoer, dkk, (2000) diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis yang dilakukan dengan:
1) Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya, bila tumor < 5 cm.
2)      Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau       > 5 cm.
F.      Klasifikasi
Klasifikasi TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC tahun 1992 (Arif Mansjoer, dkk, 2000):
1)      Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2)      T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
3)   Tis : Kanker insitu; Kanker intraduktal atau lobular in situ; Penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor.
4)      T1 : Tumor < 2 cm; T1a : tumor < 0,5 cm; T1b : tumor 0,5-1 cm;          T1c : tumor 1-2 cm.
5)      T2 : Tumor 2-5 cm.
6)      T3 : Tumor > 5 cm.
7) T4 : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkostal, otot seratus anterior. Tidak termasuk otot pektoralis. T4a : melekat pada dinding dada; T4b : edema, peau d’orange, ulserasi kulit, nodul satelit pada daerah payudara yang sama; T4c : T4a dan T4b;     T4d : karsinoma inflamatoir = mastitis karsinomatosis.
8)      Nx : Pembesaran kalenjar regional tak dapat ditentukan.
9)      N0 : Tidak teraba kalenjar aksila.
10)  N1 : Teraba pembesaran kalenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
11)  N2 : Teraba pembesaran kalenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
12)  N3 : Terdapat pembesaran kalenjar mamaria interna homolateral.
13)  Mx : Metastasis jauh tidak dapat ditentukan.
14)  M0 : tidak ada metastasis jauh.
15)  M1 : terdapat metastasis jauh, termasuk ke kalenjar supraklavikula.
G.    Stadium Kanker Payudara
            Menurut Arif Mansjoer, dkk, (2000) stadium kanker payudara antara lain:
1.      Stadium I
Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.
2.      Stadium II
Tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan diameter 2-5 cm dengan/tanpa metastasis aksila.
3.      Stadium IIIa
Tumor dengan diameter < 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan/tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain; atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat.
4.      Stadium IIIb
Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
5.      Stadium IV
Tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.
H.    Komplikasi
Menurut Corwin (2001) komplikasi dari penyakit kanker payudara adalah dapat terjadi metastasis luas. Tempat-tempat metastasis antara lain adalah otak, paru, tulang, hati dan ovarium. Angka bertahan hidup bergantung pada stadium:
1)      Stadium I (tumor < 2 cm, tanpa metastasis) = 80 %,
2)      Stadium II (tumor 2-5 cm, metastasis ke kalenjar getah bening ketiak) = 65 %,
3)      Stadium III (tumor > 5 cm, metastasis ke kalenjar getah bening ketiak dan menyebar ke kulit atau dinding dada) = 40 %,
4)      Stadium IV (metastasis luas) = 10%.
I.       Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma uteri menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) adalah sbb:
Batasan stadium yang masih operabel/kurabel adalah stadium IIIa, sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif.
Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker, yaitu:
1. Pada stadium I dan II lakukan masektomi radikal atau modifikasi masektomi radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan masektomi simpleks yang harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB regonal. Pada T2N1 dilakukan masektomi radikal dan radiasi lokasi didaerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral atu medial payudara harus dilakukan radiasi pada rantai KGB regional.
Alternatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan teknik Breast Conserving Therapy, berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja (tumorektomi), ditambah diseksi aksila dan radiasi kuratif (ukuran tumor < 3 cm) dengan syarat tertentu. Metode ini dilakukan dengan eksesisi baji, reseksi segmental, resksi parsial, kwadranektomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi KGB aksila secara total. Syarat teknik ini adalah:
a.      Tumor primer < 2 cm
b.      N1b < 2 cm
c.       Belum ada metastasis jauh
d.     Tidak ada tumor primer lainnya
e.      Payudara kontralateral bebas kanker
f. Payudara bersangkutan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya (kecuali lumpektomi)
g. Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak terlalu menonjol
h.      Tumor primer tidak terlokasi dibelakang puting susu
2. Pada stadium IIIa lakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi ajuvan, atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed dan daerah KGB regonal.
Pada stadium yang lebih lanjut, dilakukan tindakan paliatif dengan tujuan:
a.      Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik/tinggi dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal.
b.      Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c.       Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
Perawatan paliatif juga dilakukan berdasarkan stadium, yaitu:
1) Pada stadium IIIb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Bila residu tidak ada maka dtunggu, bila relaps tambahkan dengan pengobatan hormonal dan kemoterapi. Namun, bila residu setelah radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal sbb:
a.      Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral.
b.      Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause periksa efek estrogen. Bila positif, lakukan seperti (a) dan bila negatif lakukan seperti (c). Observasi selama 6-8 minggu, bila respons baik maka teruskan terapi, tetapi bila respons negatif dilakukan kemoterapi dengan CMF (CAF) minimal 12 siklus selama 6 minggu.
c. Pada pasien pasca menopause lakukan terapi hormonal inhibitif/aditif.
2)      Pada stadium IV
a. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral. Bila respons positif maka berikan aminoglutetimid atau tamofen. Bila relaps/respon negatif  maka berikan kemoterapi CMF (Cyclophospamide Methotrexate 5-Fluourasil)/CAF.
b. Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause periksa efek estrogen. Efek estrogen dapat diperiksa dengan estrogen/progesteron reseptor (ER/PR). Bila positif, lakukan seperti (a) dan bila negatif lakukan seperti (c).
c. Pada pasien pasca menopause berikan obat-obatan hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesteron atau kortikosteroid.

0 komentar:

Posting Komentar