Senin, 30 April 2012

Autis


A.    DEFINISI
         Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali.
         Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
         Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
B.     FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
         Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal
Beberapa teori penyebab Autis :
o   Genetik dan heriditer
o   Teori Kelebihan Opioid
o  Unsur Opioid-like
o   Kekurangan enzyme Dipeptidyl peptidase
C.    GEJALA
         Gejala autisme biasanya muncul sebelum anak berusia 3 tahun dan  sepanjang hidup. Anak-anak dengan autisme dapat menampilkan berbagai gejala, yang dapat bervariasi dalam keparahan dari ringan sampai melumpuhkan. Gejala umum yang mungkin hadir untuk beberapa derajat pada anak dengan autisme meliputi:
o   Kesulitan dengan komunikasi verbal, termasuk masalah menggunakan dan memahami bahasa.
o   Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam percakapan, bahkan ketika anak memiliki kemampuan untuk berbicara.
o   Kesulitan dengan komunikasi non-verbal, seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah.
o   Kesulitan dengan interaksi sosial, termasuk berhubungan dengan orang dan lingkungan sekitarnya nya.
o   Ketidakmampuan untuk membuat teman-teman dan lebih memilih untuk bermain sendiri.
o   Kurangnya imajinasi.
o   Kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan rutin atau akrab, atau desakan yang tidak masuk akal pada rutinitas berikut secara rinci.
o   Gerakan tubuh yang berulang, atau pola perilaku, seperti tangan mengepak, berputar, dan membenturkan kepala.
o   Keasyikan dengan benda-benda yang tidak biasa atau bagian dari benda.
D.    CARA PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan sedini mungkin :
1.      Pencegahan Sejak Kehamilan
a. mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut diantaranya adalah : Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan. Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH
b. Hindari asap rokok, baik secara langsung atau jauhi ruangan yang dipenuhi asap rokok. Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan Tuhan.
2.      Pencegahan Saat Persalinan
a.  Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak.
b. Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan tentang rencana persalinan.
3.      Pencegahan Sejak Usia Bayi
a. terapi dan intervensi secara dini bila sudah mulai dicurigai terdapat gejala atau tanda gangguan perkembangan.
b. Adapun beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : · Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak lahir.
c. Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas, hindari rasa permusuhan, pertentangan, emosi dan kekerasan.
E.     PENCETUS (terapi)
         Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.

0 komentar:

Posting Komentar