A. DEFINISI
Kata autis berasal dari bahasa Yunani
"auto" berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan
gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang
autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka.
Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan
tidak ada reaksi sama sekali.
Autis adalah gangguan perkembangan
pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam
bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
B. FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB
Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang
mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi
dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Gejala yang sangat menonjol
adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang
di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami
kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal
Beberapa teori penyebab Autis :
o Genetik dan
heriditer
o Teori Kelebihan
Opioid
o Unsur Opioid-like
o Kekurangan enzyme
Dipeptidyl peptidase
C. GEJALA
Gejala
autisme biasanya muncul sebelum anak berusia 3 tahun dan sepanjang hidup.
Anak-anak dengan autisme dapat menampilkan berbagai gejala, yang dapat
bervariasi dalam keparahan dari ringan sampai melumpuhkan. Gejala umum yang
mungkin hadir untuk beberapa derajat pada anak dengan autisme meliputi:
o Kesulitan dengan komunikasi verbal, termasuk masalah
menggunakan dan memahami bahasa.
o Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam percakapan,
bahkan ketika anak memiliki kemampuan untuk berbicara.
o Kesulitan dengan komunikasi non-verbal, seperti gerak tubuh
dan ekspresi wajah.
o Kesulitan dengan interaksi sosial, termasuk berhubungan
dengan orang dan lingkungan sekitarnya nya.
o Ketidakmampuan untuk membuat teman-teman dan lebih memilih
untuk bermain sendiri.
o Kurangnya imajinasi.
o Kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam
lingkungan rutin atau akrab, atau desakan yang tidak masuk akal pada rutinitas
berikut secara rinci.
o Gerakan tubuh yang berulang, atau pola perilaku, seperti
tangan mengepak, berputar, dan membenturkan kepala.
o Keasyikan dengan benda-benda yang tidak biasa atau bagian
dari benda.
D. CARA
PENCEGAHAN
Pencegahan yang
dapat dilakukan sedini mungkin :
1.
Pencegahan
Sejak Kehamilan
a. mencegah
terjadinya gangguan tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut diantaranya
adalah : Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan
lebih awal, kalu perlu berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan. Melakukan
pemeriksaan skrening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH
b. Hindari asap rokok, baik secara langsung atau jauhi
ruangan yang dipenuhi asap rokok. Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan
stres dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan Tuhan.
2.
Pencegahan
Saat Persalinan
a. Bila
terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran
darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak.
b. Melakukan
konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan tentang rencana
persalinan.
3.
Pencegahan
Sejak Usia Bayi
a. terapi
dan intervensi secara dini bila sudah mulai dicurigai terdapat gejala atau
tanda gangguan perkembangan.
b. Adapun beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah : · Amati gangguan saluran cerna pada
bayi sejak lahir.
c. Ciptakan
lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas,
hindari rasa permusuhan, pertentangan, emosi dan kekerasan.
E. PENCETUS
(terapi)
Beberapa jenis terapi
bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi
lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya,
tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang
standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa
terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun
keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya;
komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya
meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy)
dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk
mengubah serta memodifikasi perilaku.
0 komentar:
Posting Komentar