A.
Definisi
Sifilis
adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi
sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat
cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat
menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput
lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin. ( Soedarto, 1990 )
B.
Etiologi
Sifilis
disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan
Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron
dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan
nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini
bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh
Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum
akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi
mengunakan darah segar. ( Soedarto, 1990 )
C.
Patogenitas
dan gejala klinis
Sifat-sifat
yang mendasari virelensi Treponema pallidum belum dipahami selengkapnya tidak
ada tanda- tanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik karena didalam dinding
selnya tidak ditemukan eksotosin ataupun endotoksin. Meskipun didalam lesi
primer dijumpai banyak kuman namun tidak ditemukan kerusakan jaringan yang
cukup luas karena kebanyakan kuman yang berada diluar sel akan terbunuh oleh
fagosit tetapi ada sejumlah kecil Treponema yang dapat tetap bertahan didalam
sel makrofag dan didalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan
fibroblas. Ini dapat menjadi petunjuk mengapa Treponema pallidum dapat hidup
dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama ,yaitu selama masa asimtomatik
merupakan ciri khas dari penyakit sifilis. Sifat invasif Treponema sangat
membantu memperpanjang daya tahan kuman didalam tubuh manusia.
Sifilis
merupakan penyakit kronik Granulomatosa dimana perjalanan penyakitnya
berlangsung lama. Lesi pada stadium akhir mungkin baru muncul 30 tahun setelah
infeksi pertama. Pada penyakit sifilis terdiri dari 3 stadium yaitu stadium
primer, sekunder dan tersier.ketiga stadium ini dipisahkan oleh periode
asimtomatik, yang masa tunasnya 3-4 minggu muncul lesi primer yang
terlokalisasi yang akan sembuh setelah 2-6 minggu. Stadium ini disusul dengan
stadium sekunder, dijumpai lesi diseluruh tubuh atau generalisata luka ini
sembuh dalam waktu 2- 6-minggu. Stadium ini disertai dengan periode laten
selama beberapa tahun. Selama periode tersebut tidak dijumpai manifestasi
klinik tetapi dalam tubuh sejumlah kecil penderita berlangsung proses yang
mengarah kebentuk sifilis yang lebih berat yaitu sifilis tersier. ( Parvin
azini ,1996 )
D.
Epidemiologi
Penularan
utama dari penyakit adalah lewat kontak seksual (coitus ), bisa juga lewat
mukosa misalnya dengan berciuman atau memakai gelas dan sendok yang selesai
dipakai oleh penderita sifilis dan penularan perenteral melalui jarum suntik
dan tranfusi darah. Masa inkubasi dari penyakit sifilis berlngsung sekitar 2- 6
minggu setelah hubungan seksual yang dianggap sebagai penularan penyakit
tersebut ( coitus suspectus ).
Secara garis besar penularan
sifilis dibagi atas :
1. Sifilis
kongenital atau bawaan
Sifilis kongenital akibat dari
penularan spirokaeta tranplasenta; bayi jarang berkontak langsung dengan
Chancre ibu yang menimbulkan infeksi pasca lahir. Resiko penularan
transplasenta bervariasi menurut stadium penyakit yang diderita oleh ibu. Bila
wanita hamil dengan sifilis primer dan sekunder serta spirokaetamia yang tidak
diobati, besar kemungkinan untuk menularkan infeksi pada bayi yang belum
dilahirkan daripada wanita dengan infeksi laten. Penularan dapat terjadi selama
kehamilan. Insiden dari infeksi sifilis kongenital tetap paling tinggi selama 4
tahun pertama sesudah mendapat infeksi primer, sekunder dan penyakit laten
awal.
2.
Sifilis Akuisita ( dapatan )
Sifilis dapatan penularanya
hampir selalu akbat dari kontak seksual walupun penangananya secara kuratif
telah tersedia untuk sifilis selama lebih dari empat dekade, sifilis tetap
penting dan tetap merupakan masalah kesehatan yang lazim di Indonesia. Pembagian
sifilis dapatan berdasarkan epidemiologi , tergantung sifat penyakit tersebut
menular atau tidak. Stadium menular bila perjalanan penyakit kurang dari 2
tahun dan stadium tidak menular perjalanan penyakit lebih dari 2 tahun.
E. Manifestasi klinis
1. Sifilis
primer
Berlangsung selama 10 - 90 hari
sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula
tidak nyeri tampakpada tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula
segra berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang
disebut chancre. Infeksinya sebagai
lesi primer akan terlihat ulserasi ( chancre ) yang soliter, tidak nyeri,
mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran
kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi
Treponema pallidum yang hidup yang hidup dan sangat menular, chancre
extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer.
Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan setelah
sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya
berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
2. Sifilis
Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2 –
10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan
spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi
diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler
dapat juga berkembang pada daerah yang lembab disekitar anus dan vagina,
terjadi kondilomata lata ( plak seperti veruka, abu – abu putih sampai
eritematosa ). Dan plak putih disebut (
Mukous patkes ) dapat ditemukan padfa membrana mukosa, gejala yang
ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam
ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri
tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada.
Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30
% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan
cairan protein serebrospinal (CSS ), tetapi penderita tidak dapat
menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.
3. Relapsing
sifilis
Kekambuhan penyakit sifilis
terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu
terjadi kekambuhan gejala – gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin
juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS ( Serologis Test for Syfilis ) yang
negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik
pada stadium sifilis sekunder.
Relapsing sifilis yang ada
terdiri dari :
a. Sifilis
laten
Fase tenang yang terdapat
antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung
selama 1 tahun pertama masa laten ( laten awal ). Tidak terjadi kekambuhan
sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin
bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang
sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis
laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b.
Sifilis tersier
Sifilis lanjut ini dapat
terjadi bertahun – tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium
ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang
meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat
terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai
kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta,
insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat (
neurosifilis ).
c.
Sifilis kongenital
Sifilis kongenital yang terjadi
akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui
plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak
diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin
dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis
atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada
infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi – lesi mukokutan. Kondiloma,
pelunakan tulang – tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten.
Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka
kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya
parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf
nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan
gigi, saddel – nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan
kadang – kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital
tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat
neurosifilis biasanya sudah bisa
disembuhkan.
( Soedarto, 1990 ).
4. Diagnosis
Untuk
menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau
pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap ( darkfield microscope
). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema
dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research
Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap
masuknya Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung
berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining,
titer naik bila penyakit aktif ( gagal pengobatan atau reinfeksi ) dan turun
bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan
dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu
chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae
acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).
0 komentar:
Posting Komentar