Pasien Gagal Ginjal kronik dibedakan menjadi 2 kelompok (Nutrition Care Protocols for the Acute Care
Setting, Atlanta, Ga: Morrison Management Specialists Inc, 2003):
a. Pre-end stage renal disease (pre-ESRD):
Pasien yang tidak perlu melakukan dialisis
dalam pengobatannya, tetapi hanya menggunakan modifikasi diet dan obat saja
b. Dialysis:
Pasien yang penyakitnya sudah mencapai tahap
dimana harus melakukan dialisis untuk membantu kerja ginjal (hemodialysis atau
peritoneal dialysis).
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2
tahap:
1. Tindakan Konservatif
GGK merupakan suatu penurunan fungsi ginjal
yang berlangsung lama dan perlahan-lahan (menurun) sehingga laju filtrasi
glomerulus kurang dari 25 ml/menit. Pada keadaan ini kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan hasil-hasil metabolisme tubuh terganggu sehingga sisa-sisa
metabolisme menumpuk dan menimbulkan sindroma uremik, seperti mual, muntah dan
kehilangan nafsu makan (anoreksia). Akibatnya terjadi gangguan-gangguan fungsi
hormon dan penurunan fungsi imun. Dibawah ini merupakan asuhan nutrisi pada
pasien GGK tanpa dialisis :
a.
Pengaturan Protein
Pengaturan asupan protein sangat diperlukan karena gejala
sindrome uremik yang terjadi disebabkan karena penumpukan sisa-sisa katabolisme
protein tubuh. Protein diberikan 0.5-0.6 gr/kg BB per hari, dimana > 50%
protein bernilai biologis tinggi. Protein Biologis Tinggi merupakan protein
dengan susunan asam amino yang menyerupai susunan asam amino pada manusia dan
umumnya berasal dari protein hewani (susu, telur). Keuntungan yang diharapkan
dari pemakaian diet rendah protein ini adalah (Sidabutar, 1992):
o
Pengurangan produksi urea dan metabolit lainnya karena
asupan protein yang lebih rendah
o
Pengurangan asupan protein dan fosfor akan mengurangi
hiperfiltrasi glomerulus sehingga diharapkan progresivitas gagal ginjal akan
menurun/kerusakan glomerulus berkurang
b.
Pengaturan Kalori/Energi
Kebutuhan asupan kalori penderita GGK yang
stabil adalah 35 Kal/kg BB. Bila ada hipertrigliseridemia, asupan karbohidrat
dikurangi sampai 35% asupan kalori total.
Asupan lemak diusahakan 30% dari asupan kalori
total. Pada GGK terjadi gangguan metabolisme lemak, terlihat dari peninggian
kolesterol total dan penurunan HDL kolesterol. Gangguan metabolisme lemak pada
penderita GGK ini merupakan faktor resiko timbulnya aterosklerosis dan
mempengaruhi progresivitas ginjal melalui proses glomerulo arteriosklerosis.
c.
Pengaturan Mineral
Fosfor
Pada gagal ginjal terdapat hiperfosfatemi,
akibat penurunan fungsi ekskresi ginjal. Hal ini berakibat terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium dan magnesium. Sehingga
dapat mempengaruhi terjadinya hiperparathiroid, pemburukan fungsi ginjal dan
kalsifikasi metastatik pada jaringan. Pada umumnya diberikan asupan fosfor
6-10mg/kg BB
Kalsium
Pada GGK terjadi hipokalsemia akibat
penyerapan kalsium yang berkurang dari usus. Hal ini disebabkan produksi
calcitriol (1,25 – (OH)2 Vit D3) berkurang. Disamping itu, pengurangan asupan
protein juga mengurangi masukan kalsium. Kebutuhan asupan kalsium 1000-1500
mg/hari
Vitamin
Defisiensi asam folat, piridoksin dan vitamin
C dapat terjadi sehingga perlu suplementasi vitamin tersebut. Sedangkan vitamin
A mengalami peningkatan sehingga harus dihindarkan pemberian vitamin A pada
GGK. Vitamin E dan K tidak membutuhkan suplementasi. Kadar vitamin D mengalami
penurunan pada penderita GGK karena adanya gangguan pada ginjal yang
memproduksi vitamin D yang aktif, sehingga dibutuhkan suplementasi jika
defisiensi.
2. Dialisis
Dialisis adalah suatu proses dimana solut dan
air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen
cair menuju kompartemen cair lainnya. Dialisis sebagai tindakan terapi disebut
terapi pengganti karena menggantikan sebagian fungsi ginjal yaitu fungsi
ekskresi untuk membuang zat-zat yang toksik dari tubuh. Jadi pada tindakan
dialisis ini fungsi lain dari ginjal seperti fungsi produksi hormon, tidak
digantikan sehingga penderita yang kekurangan hormon eritropoetin misalnya akan
tetap anemia. Ada 2 tehnik dialisis yang biasa dilakukan, yaitu (Sylvia A.
Price dan Loraine M. Wilson, 1995):
a.
Hemodialisa
Suatu mesin ginjal buatan atau
hemodialyzer terdiri dari membran semi permiabel (dari selofan atau cuprophane)
yang sederhana dengan darah di satu pihak dan cairan dialisis di pihak lain.
b.
Peritoneal Dialisis
Peritoneal dialisis merupakan tehnik
dialisis yang menggunakan peritoneum sebagai membran semi permeabel. Akses
terhadap rongga peritoneal menggunakan kateter tenchoff yang lunak. Ada 4 macam
dialisis peritoneal yang sering digunakan, yaitu (Sylvia A. Price, 1995 ):
o
Manual intermittent peritoneal dialysis
o
Continous Cycler-assited Peritoneal Dialysis (CPPD)
o
Automated Intermittenty Peritoneal Dialysis (IPD)
o
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Merupakan tehnik dialisis mandiri dengan menggunakan 2 lt dialisat penukar
empat kali sehari, dimana pertukaran terakhir dilakukan pada jam tidur sehingga
cairan dibiarkan diam dalam rongga peritoneal semalaman.
Kelebihan penggunaan CAPD adalah:
o
Mempermudah pasien karena dapat dilakukan dimana saja
o
Tidak terjadi penigkatan atau penurunan yang drastis pada
kadar kimia darah
o
Sederhana, mudah dipelajari, dan biaya rendah
Kerugian penggunaan CAPD adalah
o
Resiko terjadinya peritonitis yang terjadi sekali dalam
40 minggu
o
Infeksi saluran kateter
o
Kehilagan cukup banyak protein
o
Hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, obesitas
o
Hernia inguinalis dan abdominalis
Syarat diet pada GGK dengan peritoneal
dialisis antara lain:
Protein:
Protein diberikan tinggi 1,2-1,4 gr/kg BB untuk menjaga keseimbangan nitrogen
dan menggantikan kehilangan protein 5-15 gram selama dialisis. Protein yang
hilang terutama albumin (50%) dan imunoglobulin (15.5%).
Energi :
Dibutuhkan minimal 35 kal/kg BB. Asupan energi ini termasuk dekstrose yang
berasal dari cairan dialisat. Konsentrasi dialisat umumnya 1,5%; 2,5%; 3,5%;
dan 4,5%. Diperkirakan 80% dekstrose dapat diabsorbsi. Adapun nilai kalori yang
didapatkan dari dialisat adalah sebagai berikut:
Cara
pemberian
|
konsentrasi
dekstrosa siang hari
|
Kkal
glukosa diabsorbsi siang hari
|
konssentrasi
dekstrosa malam hari
|
Kkal
glukosa diabsorbsi malam hari
|
Kkal
glukosa tot diabs sehari
|
||
ke-1
|
ke-2
|
ke-3
|
|||||
1
|
1,5 %
|
1,5 %
|
1,5%
|
250
|
4.25%
|
260
|
510
|
2
|
1,5 %
|
2,5 %
|
1,5%
|
310
|
4.25%
|
260
|
570
|
3
|
2,5 %
|
2,5 %
|
2,5%
|
420
|
4.25%
|
260
|
680
|
4
|
1,5 %
|
4,25 %
|
1,5%
|
400
|
4.25%
|
260
|
660
|
5
|
2,5 %
|
4,25 %
|
2,5%
|
510
|
4.25%
|
260
|
770
|
Sumber
: Daugirdas, J.T dan T.S Ing. Handbook of dialysis 1994 dalam Sunita Almatsier.
2004. Penuntun diet. Gramedia: jakarta
Natrium :
Pembatasan asupan natrium tidak terlalu ketat, dianjurkan 90-150 mEq/hari (2070
– 3450 mg/hari). Pembatasan natrium dapat membantu mencegah timbulnya retensi
cairan
Kalium:
Serum kalium biasanya dalam batas normal. Hal ini disebabkan adanya dialisis. Oleh
karena tidak perlu pembatasan. Jika serum kalium meningkat, asupan
kalium dianjurkan 60-70mEq/hari (2340 – 2730 mg/hari)
Kalsium:
Diharapkan asupan kalsium tinggi, namun biasanya tidak dapat
terpenuhi karena serum fosfor harus terkontrol. Dianjurkan asupan kalsium
100-1400 mg/hari
Fosfor :
Diet dengan pembatasan fosfor sementara asupan protein tinggi sangat sulit
direncanakan. Namun begitu jika mungkin bahan makanan yang tinggi fosfor
dikurangi, maka pengikat fosfor juga diberikan. Asupan fosfor dianjurkan 400 –
900 mg/hari. Bahan makanan
tinggi fosfor antara lain: keju, yoghurt, susu, ice cream, ikan dan
kacang-kacangan
Suplemen vitamin :
Suplemen vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B6 (pyridoxine) 10 – 15 mg,
asam folat 0.5 – 1.0 mg, vitamin C 100 – 200 mg, vitamin B1 30 – 40 mg per
hari.
Daftar keperluan nutrisi penderita yang menjalani
peritoneal dialisis
ZAT GIZI
|
JUMLAH
|
Protein,
gr/kg BB
Kalori,
Kal/kg BB
Karbohidrat
Vitamin
(suplemen) mg
Piridoksin
HCl
Vitamin
A
Vitamin
E
Vitamin
D
Kalsium,
gr
Phosfor,
gram
Kalium
Na
dan air
|
1,2
– 1,4
>
1,5 peritonitis
35 –
45
35%
Kalori total
5 –
15
tidak
perlu
tidak
perlu
sesuai
keadaan
1 –
2
sesuai
keadaan
sesuai
keadaan
sesuai
keadaan BB dan TD
|
Sumber : Sidabutar. 1992. Gizi pada Gagal
Ginjal Kronik. Perhimpunan Nefrologi Indonesia: Jakarta
Lihat Juga Tentang Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Lihat Juga Tentang Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK)
2 komentar:
Info juga kalau mau cari pengobatan gagal ginjal selain cuci darah di rumah sakit bisa juga brobat dengan dr eliza ,beliau dr umum yang tugas di aceh besar di salah satu puskes di aceh.
Banyak yang sudah sembuh dengan beliau terutama gagal ginjal akut,tr masuk saya.
Bila jauh bisa pesan resep obat nya saja dan rajin konsultasi...
Lebih lengkapnya bisa hub beliau langsung
Ini no beliau 0822-9498-9494
Info juga kalau mau cari pengobatan gagal ginjal selain cuci darah di rumah sakit bisa juga brobat dengan dr eliza ,beliau dr umum yang tugas di aceh besar di salah satu puskes di aceh.
Banyak yang sudah sembuh dengan beliau terutama gagal ginjal akut,tr masuk saya.
Bila jauh bisa pesan resep obat nya saja dan rajin konsultasi...
Lebih lengkapnya bisa hub beliau langsung
Ini no beliau 0822-9498-9494
Posting Komentar