Sabtu, 07 Juli 2012

Tentamen Sucide


A.    Definisi tentamen Suicide
Ø  Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998)
Ø  Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna Kelihat, 1991)
Ø  Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998).

B.     Etiologi/Penyebab
v  Penyebab bunuh diri pada anak
1)      Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
2)      Situasi keluarga yang kacau
3)      Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
4)      Gagal sekolah
5)      Takut atau dihina di sekolah
6)      Kehilangan orang yang dicintai
7)      Dihukum orang lain
v  Penyebab bunuh diri pada remaja
1)      Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
2)      Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
3)      Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
4)      Perasaan tidak dimengerti orang lain
5)      Kehilangan orang yang dicintai
6)      Keadaan fisik
7)      Masalah orang tua
8)      Masalah seksual
9)      Depresi
v  Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
1)      Self ideal terlalu tinggi
2)      Cemas akan tugas akademik yang banyak
3)      Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua.
4)      Kompetisis untuk sukses
v  Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
1)      Perubahan status dari mandiri ke tergantung
2)      Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
3)      Perasaan tidak berarti di masyarakat.
4)      Kesepian dan isolasi sosial
5)      Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
6)      Sumber hidup berkurang.
v  Pernyataan yang salah tentang bunuh diri (mitos)
Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tingkah laku bunuh diri.
1)      Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu dianggap serius. Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.
2)      Bunuh diri tidak memberi tanda, delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
3)      Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien hal yang paling penting dalam perencanaan keperawatan adalah pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri klien.
4)      Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang membantu pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.
SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0      : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1      : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2      : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3      : Mengancam bunuh diri, misalnya “Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”.
Skor 4      : Aktif mencoba bunuh diri.

C.    Klasifikasi/Penilaian Bunuh Diri
Variabel
Resiko Tinggi
Resiko Rendah
Sifat Dermografik dan sosial
Usia
Jenis kelamin
Status marital
Pekerjaan
Hubungan interpersonal
Latar belakang keluarga


Lebih dari 45
Laki-laki
Cerai atau janda
Pengangguran
Konflik
Kacau atau konflik


Di bawah 45
Wanita
Menikah
Bekerja
Stabil
Stabil
Kesehatan
Fisik



Mental

Penyakit kronis hipokondriak
Pemakaian obat yang berlebihan
Depresi berat
Psikosis
Gangguan kepribadian berat
Penyalahgunaan zat
Putus asa

Kesehatan baik merasa sehat
Penggunaan zat rendah

Depresi ringan

Kepribadian ringan

Peminum sosial
Optimisme 
Aktivitas bunuh diri
Ide bunuh diri

Sering, kuat, berkepanjangan

Jarang, intensitas rendah
Usaha bunuh diri
Berulang kali
Direncanakan
Penyelamatan tidak mungkin
Keinginan yang tidak ragu-ragu untuk mati
Komunikasi diinternalisasikan (menyatakan diri sendiri)
Metode mematikan dan tersedia
Pertama kali
Impulsi
Penyelamatan tak terhindarkan
Keinginan utama untuk berubah
Komunikasi diinternaslisasikan (kemarahan)
Metode dengan letalitas rendah dan tidak mudah didapat
Sarana
Pribadi

Pencapaian buruk
Tilikan buruk
Afek tidak ada atau terkendali buruk

Pencapaian baik
Penuh tilikan
Afek tersedia dan terkendali dengan semestinya
Sosial
Support buruk
Terisolasi sosial
Keluarga tidak responsive
Support baik
Terintegrasi secara sosial
Keluarga yang memperhatikan

D.    Perilaku bunuh diri Biasanya dibagi menjadi tiga kategori
a)      Ancaman bunuh diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir.Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
b)      Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.
c)      Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

E.     Tanda dan Gejala
1.      Tak langsung
a.       Merokok
b.      Mengebut
c.       Berjudi
d.      Tindakan kriminal
e.       Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi
f.       Penyalahgunaan zat
g.      Perilaku yang menyimpang secara sosial
h.      Perilaku yang menimbulkan stress
i.        Gangguan makan
j.        Ketidakpatuhan pada tindakan medik
2.      Langsung
a.       Keputusasaan
b.      Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
c.       Alam perasaan depresi
d.      Agitasi dan gelisah
e.       Insomnia yang menetap
f.       Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.

F.     Patofisiologi
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik.

Lihat Juga : Askep Tentamen sucide

0 komentar:

Posting Komentar