Sabtu, 05 Mei 2012

Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat


Indikator terhadap perilaku masyarakat dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan antara lain dapat diukur atau tergambar dengan seberapa banyak kepesertaan masyarakat dalam jaminan pemeliharaan kesehatannya misalnya melalui Askes, JPKM, Jamsostek dan lain-lain. Berdasarkan Susenas dinyatakan bahwa pembiayaan kesehatan yang berasal dari pemerintah hanya mencapai 30%, sedangkan pembiayaan yang berasal dari masyarakat tercatat 70%. Rendahnya pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah ternyata memiliki korelasi yang kuat terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pembangunan kesehatan (Modul studi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan di Propinsi Lampung dan Propinsi DIY). Hanya saja cara pembiayaan kesehatan dari masyarakat ini masih bersifat langsung. Masyarakat belum terbiasa menjadi anggota dalam pembiayaan kesehatannya misalnya saja melalui asuransi kesehatan (Askes).
Data mencatat total masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan yang telah menjadi anggota dalam pembiayaan kesehatan tahun 2004 sebanyak 36.028 , tahun 2005 menurun menjadi 33.026 peserta, dan kembali menurun tahun 2007 sebanyak 11.937 orang (tabel 35). Untuk tahun 2007 Penduduk yang menjadi anggota Askes sebanyak 5.022 orang, namun data ini belum sepenuhnya, karena data laporan yang ada belum 100%. Untuk jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin sebanyak 639.432 jiwa menjadi peserta askeskin, JPK Pra bayar 1.425 jiwa, Dana Sehat 5.367 jiwa dan JPK lainnnya 123 jiwa. Total persentase kepersertaan anggota JPK Pra Bayar adalah 14,2%, masih jauh dari target 45%.
Perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan diperoleh berdasarkan profil kesehatan tahun 2007 yaitu sekitar 27,31% berkunjung ke puskesmas dan rumah sakit dan sisanya sebanyak 72,69% cenderung berobat ke sarana-sarana kesehatan swasta, bidan praktek, dan lain-lain. Dan untuk Pelayanan kesehatan gakin tercatat telah mencapai 95,62% dari target 100% (tabel 37).
Indikator keberhasilan peran serta masyarakat salah satunya dapat dilihat dari tingkat kemandirian posyandu. Dengan jumlah posyandu 1.295 unit, 388 unit masuk kriteria posyandu purnama dan sebanyak 29 unit adalah posyandu mandiri (lihat Tabel 48). Data terakhir menunjukkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) di Kabupaten Lampung Selatan adalah pembentukan posyandu sejumlah 1.295 buah, polindes 123 buah, POD 75 buah, kelompok PKM-PKMD 73 buah, PLP-PKMD 45 buah, Pos UKK 54 buah, Posyandu kelompok usila 144 buah, SBH (Kwaran) 8 kelompok. Jumlah kader aktif 4.937 orang (82%) dari jumlah kader yang ada 6.018 orang, BKB 302 (0,11%), BKR 272 (0,10%), BKL 266 (0,09%). Di Tahun 2007 pembangunan Poskesdes di 30 desa sasaran di wilayah 20 kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan telah dilaksanakan.
Sedangkan untuk perilaku masyarakat dalam pemanfaatan posyandu cenderung meningkat, hal ini terlihat dari angka D/S tahun 2007 (66,11%). Pada tahun sebelumnya (2006) jumlah bayi dan balita yang ditimbang sebesar 41,6%, dan tahun 2005 sebesar 40,7%; sedangkan balita yang naik berat badannya 51,19%, sementara untuk balita dengan status BGM yang naik berat badannya hanya 3,75% (target <15%).
Perilaku masyarakat terhadap kesehatan lingkungan diantaranya adalah menggunakan sarana air bersih 67% dari total jumlah KK yang ada di daerah ini. Akses penggunaan sarana air bersih mencapai 72.6% per KK. Adapun pengguna jamban keluarga tercatat 71% telah memiliki jamban memenuhi syarat kesehatan. Jumlah rumah tangga ber PHBS masih sekitar 56,8% dan rumah bebas jentik masih sangat kecil yaitu baru mencapai 13% dari rumah yang diperiksa (dibawah target 77%). Perilaku masyarakat terhadap kesehatan lingkungan juga terukur dengan persentase Rumah Tangga Sehat yang pada tahun 2007 telah mencapai 62,73% dari target 50% (tabel tambahan 5).
Penduduk di Kabupaten Lampung Selatan sejumlah 1.282.176 jiwa (sasaran) yang menggunakan sarana air bersih sejumlah 846.236 jiwa atau sebesar 66%. Bila dikaitkan dengan target program penyehatan air sebesar 85%, maka penduduk yang menggunakan sarana air bersih belum mencapai target sehingga yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan penyuluhan tentang air bersih pada kelompok masyarakat pemakai maupun yang belum memiliki akses air bersih dan melakukan perbaikan kualitas air dengan harapan dapat meningkatkan pengguna air bersih di masyarakat.
Dari aspek bakteriologis air dapat dikatakan bahwa kualitas air bersih pada sarana air yang digunakan oleh penduduk belum memenuhi syarat kualitas air karena target kualitas bakteriologis sebesar 70% baru tercapai 18,36%. Demikian pula kualitas sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk dengan risiko pencemaran tinggi dan amat tinggi sebesar 33,43% diperlukan kerja berat untuk mengurangi dan mengendalikan pencemaran. Program penyehatan air secara kuantitas dapat dikatakan berhasil tetapi dari aspek kualitas air belum tercapai, hal inipun diperkuat dengan angka penyakit yang ditularkan melalui air masih tergolong tinggi (bahkan terjadi KLB) untuk penyakit diare, typhus dan disentri. Untuk itu perlu adanya upaya yang lebih lanjut dari Pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang sehat dan aman bagi kebutuhan masyarakat.
Perilaku masyarakat terhadap gizi dalam hal ini diwakili oleh pemberian ASI ekslusif. Dari angka sebesar 8.371 (28,58%) tahun 2006 meningkat menjadi 31,21% pada tahun 2007. Namun angka masih dibawah target 55%. Selain itu dapat juga dilihat dari pola konsumsi makanan pada masyarakat bagian pantai lebih didominasi oleh pola mengkonsumsi ikan laut yaitu mencapai 25,56 kg ikan per kapita, sedangkan bagian daratan (pegunungan) lebih besar mengkonsumsi tempe dan tahu. Penduduk yang mengkonsumsi protein nabati sebesar (75%) kecukupan konsumsi kalori (86,09%) (data tahun 2006)
Perilaku masyarakat dalam kasus penyalahgunaan obat berbahaya berdasarkan sumber dari Polres Lampung Selatan kasus penyalahgunaan obat berbahaya oleh para remaja pada tahun 2001 tercatat 30 kasus, tahun 2002 10 kasus dan tahun 2003 tercatat sebanyak 3 (tiga) kasus, yang terlibat dalam peredaran dan pejualan obat berbahaya. Untuk data tahun 2007, data ini belum tersedia.
Perilaku hidup sehat lainnya misalnya tidak merokok. Perilaku ini ternyata cukup memprihatinkan terutama dikalangan penduduk yang berpenghasilan rendah. Hasil penelitian tentang adanya kemungkinan hubungan antara tingkat pendidikan dan inkam yang rendah pada penduduk daerah ini perlu diteliti kembali, dimana disebutkan adanya korelasi yang signifikan antara pendidikan dan inkam terhadap perilaku merokok yang artinya makin tinggi pendidikan dan inkam seseorang, maka kecenderungan untuk merokok makin rendah dan demikian sebaliknya. Untuk halnya Lampung Selatan yang memiliki banyak penduduk miskin (47,67%) dan tingkat pendidikannya relatif rendah, namun perilaku merokok terlihat lebih dominan terutama untuk kalangan laki-laki.

0 komentar:

Posting Komentar