A. PENGERTIAN POSTPARTUM BLUES
Postpartum
blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya
hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu
sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu
atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun
segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan
baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut
Postpartum Blues.
B. SEJARAH POSTPARTUM BLUES
Post-partum
blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Depresi setelah melahirkan
sudah dikenali sejak 460 tahun sebelum Masehi, lewat pengungkapan oleh
Hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke
waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi
seputar ini. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di
literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pascasalin
yang disebut sebagai ‘milk fever‘ karena
gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini,
post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai
dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis ,
mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung
menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun
pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang
menjadi keadaan yang lebih berat.
Post-partum
blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan
oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi
masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan
perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan
kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih
berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak
lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan
perkembangan anaknya.
C. PENYEBAB DAN GEJALA POSTPARTUM BLUES
1. Penyebab Postpartum Blues
Beberapa penyebab Postpartum Blues diantaranya :
a. Perubahan Hormon
b. Stress
c. ASI tidak keluar
d. Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
e. Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
f. Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami.
g. Problem dengan Orangtua dan Mertua.
h. Takut kehilangan bayi.
i. Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
j. Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan terganggu.
k. Bayi sakit (Kuning, dll).
l. Rasa bosan si Ibu.
m. Problem dengan si Sulung.
2. Gejala Postpartum Blues
Beberapa gejala yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :
a. Cemas tanpa sebab
b. Menangis tanpa sebab
c. Tidak sabar
d. Tidak percaya diri
e. Sensitive
f. Mudah tersinggung
g. Merasa kurang menyayangi bayinya
Jika
Postpartum Blues ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa
bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi
Postpartum Sindrome.
D. MASALAH PADA POSTPARTUM BLUES
Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :
1) Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi
2) Frustasi karena anak tidak mau tidur
3) Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive
4) Merasa sebal terhadap suami
5) Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
6) Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
7) Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
8) Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis sehingga membuat ibu frustasi
9) Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress
10) Adanya persoalan dengan suami
11) Stress bila bayinya kuning
12) Adanya masalah dengan ibu
13) Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
14) Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi ibu.
15) Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
16) Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi
17) Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada didekat ibunya.
E. PENANGANAN POSTPARTUM BLUES
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
1. Fase
Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2. Fase
taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul
percaya diri.
3. Fase
letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Penanganan
gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang
mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya.
Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para
ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik
lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau
istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang
praktis.
Dengan
bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur
atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka
tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat
diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog
atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para
ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita
untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera
memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan
yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk
penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta
penanganannya.
Dibutuhkan
pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami
post-partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional,
bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang
pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di
tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara
bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
1) Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan
dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara
bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
· Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
· Dapat memahami dirinya
· Dapat mendukung tindakan konstruktif.
· Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
§ Sekali-kali
ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
§ Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
§ Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
§ Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
§ Memperbanyak dukungan dari suami
§ Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
§ Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
§ Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
§ mengganti suasana, dengan bersosialisas
§ Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
Ø Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
Ø Tidurlah ketika bayi tidur
Ø Berolahraga ringan
Ø Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
Ø Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
Ø Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
Ø Bersikap fleksibel
Ø Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
Ø Bergabung dengan kelompok ibu
F. PENCEGAHAN POSTPARTUM BLUES
Menurut
para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, memengaruhi
terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi
yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir semua wanita,
setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih
dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang
ibu pasca melahirkan.
Hingga
saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari
Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri
dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.
Sikap
proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti
faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative
untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat
mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat
meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan pengawasan.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu
1. Pelajari diri sendiri
Pelajari
dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar
terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan
bantuan secepatnya.
2. Tidur dan makan yang cukup
Diet
nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode
postpartum dan kehamilan.
3. Olahraga
Olahraga
adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15
menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih
baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika
memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah
atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup
secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih
mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
5. Beritahukan perasaan
Jangan
takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan
dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan
merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan
atau orang terdekat.
6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan
dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat
diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja
yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa
mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7. Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8. Senam Hamil
Kelas
senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut
setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan,
pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan
rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan
yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil,
bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah
dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga
Anda telah melakukan segalanya.
10. Dukungan emosional
Dukungan
emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana
perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik
setelahnya.
11. Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan
terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal
yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok
Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa
sendirian menghadapi persoalan ini.
0 komentar:
Posting Komentar