Senin, 30 April 2012

Zat Gizi Dan Penyembuhan Luka

A.    Definisi Luka
Luka didefinisikan sebagai keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan, dapat berupa luka lecet atau gores (ekskoriasi), luka sayat atau luka iris (vulnus scissum), luka robek (vulnus laceratum), luka tusuk (vulnus punctum), luka karena gigitan binatang (vulnus morsum) dan luka bakar (vulnus combutio) (Arif Mansjoer, dkk, 2000 dan Agung M dan Hendro, 2005).
Pembedaan luka berdasarkan macamnya menurut Dhirgo Adji, 2007 antara lain:
1.      Luka Operasi,
2.      Luka Dehisensi,
3.      Laserasi,
4.      Pungsi,
5.      Abrasi,
6.      Degloving/Mengelupas,
7.      Ballistic/ Luka Tembak,
8.      Luka Tertabrak,
9.      Luka Bakar, dan
10.  Fistula Kronis.
B.     Mekanisme Penyembuhan Luka
Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki baik melalui regenerasi sel atau pembentukan jaringan parut. Tujuan dari kedua jenis perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah kerusakan agar integritas struktural jaringan pulih kembali. Regenerasi jaringan dan pembentukan jaringan parut dimulai dengan reaksi peradangan. Trombosit mengontrol perdarahan dan sel-sel darah putih mencerna serta menyingkirkan jaringan yang mati dari daerah tersebut. Faktor-faktor pertumbuhan kemudian diproduksi untuk merangsang mitosis atau pembentukan jaringan parut. Perbaikan jaringan dapat berjalan lambat apabila terjadi malnutrisi, penyakit sistemik, atau penurunan fungsi imun (Corwin, Elizabeth J., 2001).
Lebih lanjut Agung M. dan Hendro W. (2005) dan Dhirgo Adji (2007) menjelaskan bahwa proses penyembuhan luka memerlukan beberapa tahap/fase dan setiap fase akan mempunyai karakteristik klinis masing-masing. Penampakan klinis pada setiap fase penyembuhan luka tersebut adalah:
1)      Fase Inflamasi
Setelah kerusakan, terjadi radang yang dipacu oleh aktivasi platelet & fibrin pada jendalan darah. Neutrofil bertugas membersihkan bakteri, jaringan mati & benda asing. Pada proses tersebut juga akan dikeluarkan mediator radang yang akan membawa macrofag ke jaringan.
Secara klinis akan tampak oedem, nyeri, eritema, dan bila dipalpasi akan hangat (tanda radang dari Celcus) ini akan berlangsung kurang lebih 3 hari.
2)      Fase proliferasi
Fase ini dipacu oleh makrofag, melibatkan fibroblas yang membentuk matrix jaringan, sel endothelial membentuk pembuluh darah baru dan sel epithel yang membentuk epidermis dan terjadi pengembangan jaringan granulasi. Jaringan granulasi ini berwarna merah terang, banyak pembuluh darah, sel-sel bergranula, tahan terhadap infeksi
Secara klinis akan terjadi jaringan granulasi yang berwarna merah dengan epitel tipis yang mengelilingi daerah luka, dan luka menjadi mengecil. Sering masih overlap dengan fase inflamasi tergantung dari kondisi pasien dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti kadar albumin serum, kadar vitamin C dan kadar mineral. Terjadi mulai hari kelima setelah luka.
3)      Fase maturasi
Fase maturasi disebut juga fase remodeling, fase ini terjadi ketika proliferasi & reparasi lengkap dimana terbentuk jaringan parut yang akan melindungi & memperkuat permukaan luka.
Secara klinis mulai terbentuk jaringan parut (scar) yang mulai mengecil dan bertendensi berwarna pucat, tipis, lemas tak ada rasa sakit maupun gatal. Terjadi berbulan-bulan setelah fase proliferasi terbentuk.
Sejalan dengan pendapat Corwin, Elizabeth J., 2001 dan Agung M. dan Hendro W., 2004, dalam Kompas Cyber Media Edisi 04 Januari 2003 diketahui bahwa albumin bermanfaat untuk pembentukan jaringan sel baru sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah. Hal ini ditunjang dengan salah satu indikasi penyembuhan luka adalah terbentuknya jaringan parut atau scar, disusun utamanya oleh serabut kolagen yang berbahan dasar protein (albumin).
C.    Zat Gizi dan Penyembuhan Luka
Zat-zat gizi yang memegang peranan penting dalam proses penyembuhan luka menurut Mazzotta (1994) adalah:
1.      Protein
2.      Vitamin A
3.      Zinc
4.      Vitamin C.
5.      Vitamin E
6.      Iron
Malnutrisi Protein ditemukan lebih dari 25% pada pasien yang dirawat di RS,  50%-nya merupakan pasien pasca bedah yang berisiko menderita malnutrisi protein tingkat sedang hingga berat. Kekurangan zat gizi memperlambat penyembuhan luka, menurunkan immunocompetence, meningkatkan kerentanan terjadinya infeksi atau peradangan, menyebabkan masa rawat di RS yang lebih lama, meningkatkan angka kematian dan angka kesakitan. Dalam usaha meningkatkan proses penyembuhan luka, protein diberikan hingga 2-4 g/kg BB per hari, perlu diketahui kebutuhan protein orang sehat adalah 0,8 g/kg per hari. Malnutrisi protein dikategorikan ringan jika serum albumin 3.5-3.9 g/dl, sedang jika serum albumin 2.5-3.5 g/dl, dan berat jika serum albumin kurang dari 2.5 g/dl.
D.    Monitoring Penyembuhan Luka
Menurut Yunita Sari (2006) dalam memonitor perkembangan luka perlu menggunakan skala-skala yang mempunyai tingkat reabilitas dan validitas yang tinggi serta mudah digunakan. Skala PUSH (Pressure Ulcer Scale for Healing) yang dikembangkan oleh NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel) memenuhi kriteria tersebut,
Semakin sedikit jumlah skor total menandakan luka tekan telah membaik atau menyembuh. Setelah mendapatkan skor total, dapat digunakan bagan monitoring skala PUSH (Gambar 4) pada setiap pengkajian yang berkelanjutan dan untuk mempermudah pembacaan digunakan chart monitoring skala PUSH (Gambar 5). Hasil skor total tiap pengkajian dituliskan dengan tanda silang atau bulatan pada chart, lalu tanda silang atau bulatan pada setiap tanggal pengkajian kemudian dihubungkan, sehingga membentuk sebuah Grafik. Dari Grafik ini kita dapat secara mudah mengetahui perkembangan dari luka, dimana Grafik yang naik menunjukan bahwa luka memburuk dan Grafik yang menurun menunjukan bahwa luka telah membaik.
Cara mengisi skala PUSH yaitu dengan melakukan observasi dan prngukuran luka. Kemudian kategorikan luka dengan memperhatikan luas area permukaan, eksudat, dan tipe dari jaringan luka. Tuliskanlah sub-skor untuk setiap karakteristik luka. Tambahkan sub-skor untuk mendapatkan total skor. Kemudian perkembangan luka setiap harinya dipantau melalui bagan dan chart monitoring skala PUSH.
a.      Panjang X lebar
Ukurlah panjang dan lebar dari luka tekan dengan menggunakan penggaris    (Gambar 6). Kalikan panjang dan lebar untuk mendapatkan perkiraan dari area permukaan didalam cm2. Gunakan metode yang sama setiap kali pengukuran luka.
b.      Jumlah eksudat
Perkirakan jumlah eksudat (drainage) dilakukan dengan mengobservasi luka setiap harinya.
c.       Tipe jaringan
Tipe jaringan yang dimaksud mengacu pada tipe jaringan yang ada didasar luka,  yaitu :
o   Skor 4, bika ada beberapa jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik (Eschar) adalah jaringan yang berwarna coklat, hitam,atau kecoklatan yang menempel secara kuat ke dasar luka atau tepi luka. Jaringan nekrotik ini mungkin lebih keras atau lebih lembut daripada jaringan sekitarnya.
o   Skor 3, bila ada slough pada luka dan jaringan nekrotik tidak ada.
Slough: adalah jaringan yang berwarna kuning atau putih yang melekat pada dasar luka.
o   Skor 2, bila luka bersih dan mengandung jaringan granulasi. Jaringan granulasi adalah jaringan yang berwarna merah muda, tampak lembab, bercahaya, dan adanya granular.
o   Skor 1, untuk luka mengandung jaringan epitel atau jaringan parut. Jaringan epitel adalah jaringan yang berwarna merah muda atau jaringan kulit yang terang yang tumbuh dari tepi luka.
o   Skor 0, untuk luka tertutup. Jaringan telah sempurna tertutupi dengan jaringan epitel atau jaringan parut (bakal kulit yang baru)

0 komentar:

Posting Komentar