A.
Definisi
Luka
Luka didefinisikan sebagai keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas
jaringan, dapat berupa luka lecet atau gores (ekskoriasi), luka sayat atau luka iris (vulnus scissum), luka robek (vulnus
laceratum), luka tusuk (vulnus
punctum), luka karena gigitan binatang (vulnus
morsum) dan luka bakar (vulnus
combutio) (Arif Mansjoer, dkk, 2000 dan Agung M dan Hendro, 2005).
Pembedaan
luka berdasarkan macamnya menurut Dhirgo Adji, 2007 antara lain:
1.
Luka Operasi,
2.
Luka Dehisensi,
3.
Laserasi,
4.
Pungsi,
5.
Abrasi,
6.
Degloving/Mengelupas,
7.
Ballistic/ Luka Tembak,
8.
Luka Tertabrak,
9.
Luka Bakar, dan
10.
Fistula Kronis.
B.
Mekanisme
Penyembuhan Luka
Jaringan yang rusak atau cedera
harus diperbaiki baik melalui regenerasi sel atau pembentukan jaringan parut.
Tujuan dari kedua jenis perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah
kerusakan agar integritas struktural jaringan pulih kembali. Regenerasi
jaringan dan pembentukan jaringan parut dimulai dengan reaksi peradangan.
Trombosit mengontrol perdarahan dan sel-sel darah putih mencerna serta
menyingkirkan jaringan yang mati dari daerah tersebut. Faktor-faktor
pertumbuhan kemudian diproduksi untuk merangsang mitosis atau pembentukan
jaringan parut. Perbaikan jaringan dapat berjalan lambat apabila terjadi
malnutrisi, penyakit sistemik, atau penurunan fungsi imun (Corwin, Elizabeth
J., 2001).
Lebih lanjut Agung M. dan Hendro W. (2005) dan Dhirgo Adji (2007)
menjelaskan bahwa proses penyembuhan luka memerlukan beberapa tahap/fase dan
setiap fase akan mempunyai karakteristik klinis masing-masing. Penampakan
klinis pada setiap fase penyembuhan luka tersebut adalah:
1)
Fase Inflamasi
Setelah
kerusakan, terjadi radang yang dipacu oleh aktivasi platelet & fibrin pada
jendalan darah. Neutrofil bertugas membersihkan bakteri, jaringan mati &
benda asing. Pada proses tersebut juga akan dikeluarkan mediator radang yang
akan membawa macrofag ke jaringan.
Secara klinis
akan tampak oedem, nyeri, eritema,
dan bila dipalpasi akan hangat (tanda radang dari Celcus) ini akan berlangsung
kurang lebih 3 hari.
2) Fase
proliferasi
Fase ini dipacu
oleh makrofag, melibatkan fibroblas yang membentuk matrix jaringan, sel
endothelial membentuk pembuluh
darah baru dan sel epithel yang membentuk epidermis dan terjadi pengembangan
jaringan granulasi. Jaringan granulasi ini berwarna merah terang, banyak
pembuluh darah, sel-sel bergranula, tahan terhadap infeksi
Secara klinis akan terjadi jaringan
granulasi yang berwarna merah dengan epitel tipis yang mengelilingi daerah
luka, dan luka menjadi mengecil. Sering masih overlap dengan fase inflamasi tergantung dari kondisi pasien dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti kadar albumin serum, kadar vitamin
C dan kadar mineral. Terjadi mulai hari kelima setelah luka.
3) Fase
maturasi
Fase maturasi disebut juga fase remodeling, fase
ini terjadi ketika proliferasi & reparasi lengkap dimana terbentuk jaringan
parut yang akan melindungi & memperkuat permukaan luka.
Secara klinis mulai terbentuk
jaringan parut (scar) yang mulai mengecil dan bertendensi berwarna pucat,
tipis, lemas tak ada rasa sakit maupun gatal. Terjadi berbulan-bulan setelah
fase proliferasi terbentuk.
Sejalan dengan pendapat Corwin,
Elizabeth J., 2001 dan Agung M. dan Hendro W., 2004, dalam Kompas Cyber Media
Edisi 04 Januari 2003 diketahui bahwa albumin bermanfaat untuk pembentukan
jaringan sel baru sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan
jaringan sel tubuh yang terbelah. Hal ini ditunjang dengan salah satu indikasi
penyembuhan luka adalah terbentuknya jaringan parut atau scar, disusun utamanya
oleh serabut kolagen yang berbahan dasar protein (albumin).
C.
Zat
Gizi dan Penyembuhan Luka
Zat-zat gizi yang memegang peranan penting dalam proses penyembuhan luka
menurut Mazzotta (1994) adalah:
1.
Protein
2.
Vitamin A
3.
Zinc
4.
Vitamin C.
5.
Vitamin E
6.
Iron
Malnutrisi Protein ditemukan lebih dari 25% pada pasien
yang dirawat di RS, 50%-nya merupakan pasien pasca bedah yang berisiko menderita malnutrisi protein tingkat sedang
hingga berat. Kekurangan zat gizi memperlambat penyembuhan luka, menurunkan immunocompetence, meningkatkan
kerentanan terjadinya infeksi atau peradangan, menyebabkan masa rawat di RS
yang lebih lama, meningkatkan angka kematian dan angka kesakitan. Dalam usaha
meningkatkan proses penyembuhan luka, protein diberikan hingga 2-4 g/kg BB per
hari, perlu diketahui kebutuhan protein orang sehat adalah 0,8 g/kg per hari.
Malnutrisi protein dikategorikan ringan jika serum albumin 3.5-3.9 g/dl, sedang
jika serum albumin 2.5-3.5 g/dl, dan berat jika serum albumin kurang dari 2.5
g/dl.
D.
Monitoring
Penyembuhan Luka
Menurut Yunita Sari (2006) dalam memonitor perkembangan luka perlu
menggunakan skala-skala yang mempunyai tingkat
reabilitas dan validitas yang tinggi serta mudah digunakan. Skala PUSH (Pressure
Ulcer Scale for Healing) yang dikembangkan oleh NPUAP (National Pressure Ulcer
Advisory Panel) memenuhi kriteria tersebut,
Semakin sedikit jumlah skor total menandakan luka tekan
telah membaik atau menyembuh. Setelah mendapatkan skor total, dapat digunakan
bagan monitoring skala PUSH (Gambar 4) pada setiap pengkajian yang
berkelanjutan dan untuk mempermudah pembacaan digunakan chart monitoring skala
PUSH (Gambar 5). Hasil skor total tiap pengkajian dituliskan dengan tanda
silang atau bulatan pada chart, lalu tanda silang atau bulatan pada setiap
tanggal pengkajian kemudian dihubungkan, sehingga membentuk sebuah Grafik. Dari
Grafik ini kita dapat secara mudah mengetahui perkembangan dari luka, dimana
Grafik yang naik menunjukan bahwa luka memburuk dan Grafik yang menurun menunjukan
bahwa luka telah membaik.
Cara mengisi skala PUSH yaitu dengan melakukan observasi
dan prngukuran luka. Kemudian kategorikan luka dengan memperhatikan luas area
permukaan, eksudat, dan tipe dari jaringan luka. Tuliskanlah sub-skor untuk
setiap karakteristik luka. Tambahkan sub-skor untuk mendapatkan total skor.
Kemudian perkembangan luka setiap harinya dipantau melalui bagan dan chart
monitoring skala PUSH.
a.
Panjang X lebar
Ukurlah panjang dan lebar dari luka tekan dengan menggunakan
penggaris (Gambar 6). Kalikan panjang dan lebar untuk
mendapatkan perkiraan dari area permukaan didalam cm2. Gunakan
metode yang sama setiap kali pengukuran luka.
b.
Jumlah eksudat
Perkirakan jumlah eksudat (drainage) dilakukan dengan mengobservasi luka
setiap harinya.
c.
Tipe jaringan
Tipe jaringan yang dimaksud mengacu pada tipe jaringan yang ada didasar
luka, yaitu :
o Skor 4, bika ada beberapa jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik (Eschar)
adalah jaringan yang berwarna coklat, hitam,atau kecoklatan yang menempel
secara kuat ke dasar luka atau tepi luka. Jaringan nekrotik ini mungkin lebih
keras atau lebih lembut daripada jaringan sekitarnya.
o Skor 3, bila ada slough pada luka dan jaringan nekrotik tidak ada.
Slough: adalah jaringan yang berwarna kuning atau putih yang melekat pada dasar luka.
Slough: adalah jaringan yang berwarna kuning atau putih yang melekat pada dasar luka.
o Skor 2, bila luka bersih dan mengandung jaringan granulasi. Jaringan
granulasi adalah jaringan yang berwarna merah muda, tampak lembab, bercahaya,
dan adanya granular.
o Skor 1, untuk luka mengandung jaringan epitel atau jaringan parut. Jaringan
epitel adalah jaringan yang berwarna merah muda atau jaringan kulit yang terang
yang tumbuh dari tepi luka.
o
Skor 0, untuk luka tertutup. Jaringan telah
sempurna tertutupi dengan jaringan epitel atau jaringan parut (bakal kulit yang
baru)
0 komentar:
Posting Komentar