Selasa, 10 April 2012

Asrinya Hutan Pusuk

Rimbunnya pepohonan yang terhampar, dan berjajar rapi di tepian jalan, mengikuti kontur lokasi yang berbukit, seakan menghadirkan nuansa kesegaran yang begitu alami di puncak pusuk, atau pusuk pass (perbatasan Lombok barat dan Lombok utara).

Pusuk pass, seringkali di manfaatkan banyak wisatawan, pelancong, atau pun pengendara yang melintas di jalan raya pusuk, entah menuju mataram atau sebaliknya menuju Lombok utara. Biasanya kalau saya melintas di jalan ini, selalu menyempatkan diri untuk menikmati suasana di pusuk pass ini. Sambil menyeruput kopi dan beristirahat sejenak mengumpulkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan, terang Fianto Widawan, salah satu pengendara motor ketika dijumpai Korean Berita tengah istirahat disebuah berugak pinggir jalan.

Puncak pusuk sendiri berada sekitar 20 kilo meter dari pusat Kota Mataram, dan berada diketinggian 831 dpl (dari permukaan laut). Jalan raya yang membentuk bukit pusuk ini, bisa dikatakan selalu ramai dilalui kendaraan, karena jalan raya ini merupakan salah satu jalan dari dua jalan yang menghubungkan langsung Kabupaten Lombok Barat dengan Kabupaten Lombok Utara. Jika mengendarai kendaraan bermotor, pusuk pass ini dapat ditempuh selama kurang lebih 45 menit dari pusat kota.

Sepanjang jalan, pengendara akan terbuai dengan hamparan hijau yang membentang di kedua sisi jalan menuju pusuk. Hanya saja, para pengendara mesti berhati-hati bila melintasi jalan raya ini, selain volume kendaraan yang melintas begitu banyak, jalan yang berkelok-kelok dan sedikit curam serta licin bila musim hujan tiba, menuntut sertiap pengendara untuk lebih berhati-hati dalam berkendara.
Hutan pusuk sendiri merupakan hutan konservasi, produksi, dan hutan lindung yang termasuk dalam kawasan hutan rinjani barat, dengan memiliki luas sebesar 43.550,23 hektar serta 162 jenis pohon yang tumbuh di areal ini. Antara lain Sono Keling atau Dalbergia Latifolia, Daoki yang memiliki nama latin Duacontomelori Mangiferum, serta yang banyak terdapat berjejer rapi di tepi jalan, Mahoni atau Swettania Macrophylla.

Selain itu sepanjang jalan ini juga terdapat para pedagang tuak manis yang memjajakan dagangannya dengan harga Rp. 2.500/botolnya, minuman tradisional yang terassa segar bila dinikmati di cuaca yang terik. Dan saat musim buah-buahan seperti rambutan ataupun durian, akan banyak muncul pedagang kagetan atau musiman yang menjajakan dagangannya sepanjang jalan ini. This really incredible can fiddle around with wild animals, while enjoy green scenery. (ini sungguh luar biasa, dapat bermain dengan hewan-hewan liar seraya menikmati pemandangan hijau), ucap Conny Schmidt, wisatawan asal Jerman yang kebetulan tengah bercengkrama dengan monyet, salah satu binatang khas pusuk pass.

0 komentar:

Posting Komentar